REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nyeri haid atau kram di area perut yang terjadi menjelang atau selama haid umumnya disebabkan oleh otot-otot rahim yang berkontraksi. Namun pada sebagian perempuan, nyeri haid yang muncul bisa terasa sangat menyiksa dan tidak normal.
Nyeri haid dapat dikatakan tidak normal bila rasa nyeri yang muncul bertambah berat dan menyebabkan perempuan kesulitan untuk ebraktivitas normal. Nyeri haid juga dikatakan tidak normal bila tidak membaik bahkan setelah perempuan mengonsumsi obat nyeri.
"Nyeri haid yang tidak normal ini sering disebabkan oleh endometriosis," jelas dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi dari RS Pondok Indah IVF Centre dr Moh Luky Satria Syahbana Marwali SpOG-KFER, dalam pernyataan yang diterima republika.co.id, Selasa (11/4).
Endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan yang membentuk lapisan dalam rahim juga tumbuh di luar rahim, seperti di panggul atau perut. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan, infeksi, dan nyeri panggul.
Menurut dr Luky, nyeri endometriosis dapat berupa rasa sakit, kram, dan perasaan terbakar. Nyeri ini bisa terasa cukup ringan hingga sangat berat dan bahkan menurunkan kualitas hidup.
Sayangnya, banyak perempuan yang menganggap remeh nyeri haid ini. Penyepelean ini dapat membuat endometriosis terabaikan sehingga penangannya akan menjadi lebih rumit.
"Padahal kalau sudah dideteksi dan ditangani sejak awal, endometriosis yang masih kecil dan belum menyebar ke organ lain, tentunya dapat ditangani lebih mudah," ujar dr Luky.
Selain rasa nyeri hebat ketika menstruasi, perempuan denagn endometriosis kerap merasakan nyeri saat berhubungan seksual. Meski tidak umum, beberapa perempuan bisa mengalami nyeri lain seperti nyeri saat buang air kecil, buang air besar atau buang air besar, diare, mual, muntah, dan perut kembung.
Terkait penanganan, dr Luky mengatakan endometriosis tidak dapat disembuhkan secara menyeluruh. Akan tetapi, endometriosis dapat ditangani sesuai dengan tahapan atau tingkat keparahannya. Beberapa contoh terapi yang bisa diberikan dalam kasus endometriosis adalah konsumsi obat pereda nyeri, obat hormonal, penyesuaian gaya hidup, atau tindakan pembedahan pada kasus yang sudah berat.
Tindakan pembedahan untuk endometriosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bedah ablasi dan ebdah eksisi. Bedah ablasi merupakan tindakan "membakar" permukaan endometriosis menggunakan laser panas.
Karena hanya di permukaan dan meninggalkan akarnya, jaringan endometrium sangat mungkin untuk muncul kembali. Selain itu ada risiko yang lebih tinggi untuk merusak jaringan yang dibakar.
"Padahal kalau sudah dideteksi dan ditangani sejak awal, endometriosis yang masih kecil dan belum menyebar ke organ lain, tentunya dapat ditangani lebih mudah," papar dr Luky.
Bedah eksisi merupakan tindakan untuk "menyekop" jaringan endometrium sampaik ke akarnya. Tindakan bedah ini dilakukan dengan alat bedah seperti laser dengan metode laparoskopi.
Jaringan endometrium yang diangkat dapat diperiksa patologisnya di laboratorium. Akan tetapi, tindakan ini membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama dan tidak semua dokter dapat melakukan tindakan ini.
"Dari kedua teknik tindakan bedah tersebut, teknik eksisi dianjurkan untuk dilakukan karena memiliki angka kekambuhan yang lebih rendah," ungkap dr Luky.
Namun, dr Luky mengatakan endometriosis memiliki kemungkiann untuk kambuh meski sudah dilakukan pembedahan. Oleh karena itu, perempuan dengan endometriosis perlu rutin berkonsultasi ke dokter.
"Deteksi dan diagnosis secara dini sangat penting, untuk memudahkan penanganan dan mencegah endometriosis berkembang ke organ lain di dalam tubuh," jelas dr Luky.