REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangakates menilai gempa yang berpusat di Blitar termasuk tipe menengah. Hal ini karena pusat gempa berkekuatan 6,2 SR tersebut berada di kedalaman 110 kilometer (km).
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates, Ma'muri mengatakan, gempa yang terjadi merupakan akibat dari aktivitas subduksi. Lebih tepatnya, karena terdapat penyusupan lempeng Indo-australia ke Eurasia. "Jadi penyebabnya sama (dengan gempa Malang) karena aktivitas subduksi. Tapi sejauh ini kami masih mengkaji lagi," kata Ma'muri di Malang, Jumat (21/5).
Selain di Blitar dan Malang Raya, gempa juga terasa di beberapa daerah lain. Untuk wilayah barat terasa sampai ke Cilacap sedangkan arah timur hingga ke Lombok Barat. Sementara untuk wilayah utara terasa hingga ke Surabaya dengan laporan II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Sejauh ini, BMKG baru mencatat adanya satu kali gempa susulan berkekuatan 2,7 SR. Di samping itu, dia juga memastikan gempa ini tidak berpotensi tsunami. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tetap tenang tapi selalu waspada.
Ma'muri tak menampik wilayah selatan Jawa memang berpotensi mengalami gempa. Namun sejauh ini BMKG belum bisa memprediksi waktu kejadian gempa. Sebab itu, dia berharap masyarakat tidak panik dan menyikapinya dengan bijak.
"Artinya apa? Ketika ada informasi atau akan ada terjadi gempa bumi susulan lebih dahsyat, itu kita pastikan tidak benar. Jadi gempa bumi sejauh ini tidak bisa diprediksi. Kalau ada informasi seperti tadi, mohon konfirmasi ke BMKG Malang atau terdekat," jelasnya.