REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dikisahkan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, bahwa Sayyidina Dzulbijadain ra adalah seorang sahabat yang telah yatim sejak kecil. Dia tinggal dengan pamannya yang sangat menyayanginya.
Mengetahui ia masuk Islam, paman dan ibunya marah dan mengusirnya tanpa sehelai pakaian digunakannya. Namun sebagai seorang ibu ia merasa kasihan juga anaknya sehingga memberikan kain selimut tebal yang sudah usang kepada
Sayyidina Dzulbidajain
"Lalu selimut itu ia bagi menjadi dua, salah untuk dipakai di bagian atas dan salah lagi dipakai bagian bawah," tulis Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Amal
Sayyidina Dzulbidajain datang ke Madinah dan tinggal di Masjid Nabawi, yaitu di Shuffah dekat pintu Baginda Nabi Saw. Di tempat itu ia berdzikir sebanyak-banyaknya dengan suara sangat nyaring.
Melihat hal itu, Syyidina Umar ra berkata, "Orang ini riya, sehingga berdzikir seperti itu."
Mendengar perkataan itu, Sayyidina Umar, Baginda Nabi SAW bersabda. "Tidak, bahkan ia termasuk Awwabin (orang-orang yang dalam segala urusan senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala)."
Sayyidina Dzulbidajain ra meninggal di tabuk. Suatu malam, para sahabat melihat ada sebuah lampu menyala dekat kuburan. Ketika mendekati, mereka melihat Baginda Rasulullah alaihi wasallam sedang turun di kuburannya. Lalu, Beliau menyuruh Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar ra.
"Angkatlah dan bawalah ke sini jenazah saudaramu." Kedua sahabat itu mengangkat jenazah itu dan menyerahkannya kepada Nabi Saw. Setelah jenazah itu dikubur beliau berdoa.
"Ya Allah aku meridhoinya, maka ridhoilah ia."
Sayyidina Abdullah bin Mas'ud ra berkata aku menyaksikan semua acara penguburan itu, dan hatiku berkata. "Alangkah beruntungnya Sayyidina seandainya jenazah itu adalah jenazahku."