REPUBLIKA.CO.ID, LUSAKA -- Inflasi Zambia melaju ke level tertinggi selama 18 tahun pada bulan Mei 2021 karena lonjakan harga daging dan ikan mendorong kenaikan harga pangan secara keseluruhan.
Indeks harga konsumen naik 23,2 persen dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan 22,7 persen di bulan April, menurut ahli statistik sementara Zambia, Mulenga Musepa. Biaya meningkat 2 persen dalam sebulan. Inflasi makanan tahunan meningkat menjadi 28,5 persen di bulan Mei dari 27,2 persen di bulan sebelumnya.
Inflasi yang telah berada di atas batas atas kisaran target bank sentral 6 persen hingga 8 persen selama lebih dari dua tahun diperkirakan akan bertahan setidaknya hingga kuartal pertama 2023.
Sementara bank sentral mengatakan pekan lalu tekanan pertumbuhan harga akan mereda lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya. Gubernur Christopher Mvunga memperingatkan komite kebijakan moneter dapat memperketat pendiriannya lebih lanjut jika suku bunga tidak turun.
Dewan gubernur bank sentra meninggalkan suku bunga acuan di 8,5 persen setelah naik sebesar 50 basis poin pada Februari.
Sementara kwacha tetap menjadi salah satu mata uang Afrika berkinerja terburuk yang dilacak oleh Bloomberg dan telah menambah inflasi, tingkat depresiasi melambat tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020.
Kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang sangat penting bagi rencana defaulter era pandemi pertama di Afrika untuk merestrukturisasi utang luar negeri sebanyak 12,7 miliar dolar AS dan meningkatkan cadangan devisa dapat meningkatkan prospek kwacha dan mengurangi tekanan inflasi.
"Perubahan signifikan dalam lintasan mata uang hanya mungkin terwujud setelah kesepakatan IMF," kata Neville Mandimika dan Daniel Kavishe, analis di Rand Merchant Bank FirstRand Ltd. di Johannesburg minggu ini dalam catatan kliennya, dikutip dari Bloomberg, Jumat (28/5).
Zambia pun berharap bisa mencapai kesepakatan sebelum pemilihan umum pada 12 Agustus.