Rabu 02 Jun 2021 14:53 WIB

Puing Luar Angkasa Tabrak Robot Milik Kanada

Robot masih bisa beroperasi meski ada beberapa bagian yang rusak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Sampah antariksa di sekitar bumi/ilustrasi
Foto: afp
Sampah antariksa di sekitar bumi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Badan Antariksa Kanada (CSA) telah mengungkapkan bahwa sepotong puing luar angkasa menusuk lengan robot Canadarm2 di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Lengan robot generasi kedua, yang secara resmi diberi nama Sistem Manipulator Jarak Jauh Stasiun Luar Angkasa (SSRMS), masih beroperasi tetapi ada beberapa bagian yang rusak.

Dalam postingan blog, dilansir di The Register, Rabu (2/6), CSA mengatakan, meski tindakan pencegahan dilakukan untuk mengurangi potensi tabrakan dengan ISS, benturan dengan benda-benda kecil memang kerap terjadi. Salah satu pukulan tersebut diketahui baru-baru ini selama inspeksi rutin Canadarm2 pada 12 Mei.

Baca Juga

Badan Antariksa Amerika (NASA) dan CSA berkolaborasi untuk memotret kerusakan dan menilai dampaknya. Untungnya, mereka menganggap kinerja lengan robot tidak terpengaruh.

Canadarm2 adalah lengan robot titanium multi-sendi yang digunakan untuk memindahkan objek seperti angkutan kargo di luar ISS, dan untuk melakukan pemeliharaan stasiun. Robot ini telah terpasang ke ISS sejak April 2001.

Sebuah serangan ke ISS oleh puing-puing luar angkasa hampir tak terelakkan. Saat ini astroboffin melacak lebih dari 23 ribu keping sampah orbit rendah Bumi yang berukuran softball atau lebih besar. Namun, benda mengenai lengan robot terlalu kecil untuk dilacak.

Komandan militer AS baru-baru ini menyerukan kerangka kerja untuk tatanan berbasis aturan di luar angkasa. Hal ini diserukan setelah pendaratan yang tidak terkendali dari tahap pendorong Long March 5B China pada Mei 2021. Roket milik China ini jatuh di Samudera Hinda.

Jack Wright Nelson, peneliti hukum ruang angkasa dari Fakultas Hukum Universitas Nasional Singapura mengatakan bahwa lubang di Canadarm2 sangat kecil dibandingkan dengan lubang di rezim hukum internasional tentang puing-puing luar angkasa.

Lebih lanjut Nelson menjelaskan bahwa perjanjian justru mempersulit upaya pembersihan  sampah-sampah luar angkasa. Dia menambahkan, karena benda-benda luar angkasa, dan komponen-komponennya tetap berada di bawah yurisdiksi dan kendali Negara Pendaftarannya.

Jadi untuk menghapus satelit mati atau bagian mana pun darinya dari orbit, Anda perlu menemukan si pemilik dan mendapatkan izin mereka.  

Memang, menemukan pemilik puing-puing yang sangat kecil tampaknya sangat tidak mungkin. "Ironisnya, ruang angkasa akan menjadi tidak dapat diakses sepenuhnya oleh kita semua jika kita tidak menyelesaikan masalah sampah antariksa," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement