REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi. Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) 28 Mei hingga 3 Juni 2021, intensitas kegempaan pekan ini masih lebih tinggi dari pekan lalu.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melaporkan, awan panas guguran terjadi sebanyak tujuh kali. Jarak luncur maksimal sejauh 2.000 meter ke barat daya dan terekam di seismogram memiliki amplitudo maksimal 60 milimeter dan durasi 322 detik.
Sedangkan, guguran lava pijar teramati sebanyak 44 kali ke barat daya berjarak luncur maksimal 2.000 meter dan satu kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 600 meter. Cuaca umumnya cerah pada pagi dan malam, berkabut siang dan sore.
Volume kubah lava di sektor barat daya sebesar 1.325.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 11.600 meter kubik per hari. Analisis morfologi area puncak tenggara 3 Juni terhadap 28 Mei menunjukkan ada perbedaan tinggi kubah tengah satu meter.
"Intensitas kegempaan pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu," kata Hanik, Jumat (4/6).
Deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,9 centimeter per hari. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Kesimpulannya, aktivitas vulkanik masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif, sehingga status aktivitas masih ditetapkan tingkat siaga. Potensi bahaya kini berupa guguran lava pijar serta awan panas di sektor selatan-barat daya.
"Meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih maksimal lima kilometer dan tenggara Sungai Gendol tiga kilometer. Lontaran material vulkanik bila letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," ujar Hanik.