REPUBLIKA.CO.ID, KEPULAUAN SERIBU -- Jakarta Aquarium dan Safari (JAQS) untuk pertama kalinya melakukan pelepasliaran penyu, Jumat (28/6) lalu. Hal ini dilakukan sebagai bukti dan tanggung jawab JAQS sebagai sebuah Lembaga Konservasi ex-situ (Taman Safari Indonesia Group) dan di bawah pengawasan BKSDA (Bali Konservasi Sumber Daya Alam) dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Jakarta Aquarium dan Safari bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Yayasan Puteri Indonesia melepasliarkan penyu dan tukik-tukik sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai sebuah Lembaga Konservasi yang peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan," ujar Head of Social, Branding, and Communication JAQS, Fira Basuki, dalam siaran pers, Ahad (6/6).
Jakarta Aquarium dan Safari memiliki kewajiban untuk mendukung pelestarian satwa liar, sebagai pusat konservasi dan pendidikan. JAQS juga memfasilitasi pendidikan dan meningkatkan kesadaran spesies, kepentingan ekologis mereka bagi alam dan bagi manusia, serta apa yang mengancam mereka.
"Menyelamatkan dan merehabilitasi penyu adalah salah satunya. Kegiatan ini memungkinkan JAQS untuk mengambil hewan yang sakit, rusak, atau lemah, terkena sengatan panas, tertangkap dalam alat tangkap misalnya, dan mengembalikannya ke kesehatan penuh sehingga mereka dapat dilepasliarkan ke alam liar dengan setiap kesempatan untuk berhasil dalam hidup dan terus berkembang biak," kata Fira.
Seekor penyu dan puluhan ekor tukik dilepasliarkan di Pantai Cikaya, Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, diwakili oleh Kurator JAQS, Aaron Morgan Jupp, dan Puteri Indonesia Lingkungan 2020, Putu Ayu Saraswati, dan didampingi tim Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, dan tim Jakarta Aqurium dan Safari.
Yang dilepaskan adalah seekor penyu dewasa berjenis Penyu Sisik atau Hawksbill Sea Turtle (Eretmochelys imbricata) dan 30 tukik. Kegiatan pelestarian lingkungan tersebut dilakukan sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2021 lalu.
"Sebenarnya kami menampung total enam hewan, satu Penyu Hijau dan lima Penyu Sisik. Beberapa masih tinggal di Pusat Suaka Penyu Pulau Pramuka menunggu pelepasan. Mereka belum cukup siap untuk alam liar sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk membangun kekuatan, massa otot, dan berat keseluruhan mereka," ujar Aaron.
Dari tujuh spesies penyu laut di seluruh dunia, Penyu Hijau dan Penyu Sisik paling sering hidup di perairan Indonesia. Keduanya benar-benar terancam punah, masing-masing diklasifikasikan sebagai terancam punah dan sangat terancam punah.