Senin 07 Jun 2021 17:17 WIB

Hari Pertama PPDB, Siswa tak Punya Kuota Datangi Sekolah

Selain itu ada juga siswa yang datang ke sekolah karena belum memperoleh informasi.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Petugas menyiapkan perangkat komputer untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara daring di SMKN 8 Bandung, Jalan Kliningan, Kota Bandung, Kamis (4/6).
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas menyiapkan perangkat komputer untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara daring di SMKN 8 Bandung, Jalan Kliningan, Kota Bandung, Kamis (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --- Hari pertama pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2021 di Kota Bandung masih ada siswa yang datang ke sekolah, Senin (7/6). Padahal, saat pandemi Covid 19 ini, sistem PPDB di Jabar menggunakan sistem online.

Menurut Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Kota Bandung, Iwan Hermawan, berdasarkan hasil pemantauan FAGI ke beberapa sekolah hari pertama, tak terlalu banyak peserta didik yang datang ke sekolah. Karena,  memang seharusnya semua siswa mendaftar secara online.  "Jadi, banyak yang mendaftar di rumahnya. Namun, ada beberapa siswa yang datang ke sekolah karena tak memiliki kuota. Siswa tak mampu," ujar Iwan.

Menurut Iwan, selain itu ada juga siswa yang datang ke sekolah karena belum jelas memperoleh informasi. Jadi, mereka datang ke beberapa sekolah mencari info pendaftaran karena belum mendapat info yang jelas dari sekolah asalnya. "Semua sekolah sebenarnya berharap tak ada siswa yang langsung mendafar ke sekolah untuk menghindari penyebaran pandemi Covid 19," katanya.

Oleh karena itu, banyak sekolah yang memiliki penjagaan ketat. Hal ini dilakukan agar tak ada siswa yang datang ke sekolah kecuali siswa yang tak mampu dan tak punya kuota. 

"Tapi, ya masih ada saja siswa yang datang ke sekolah kemungkinan karena sosialisasi masih kurang, sekolah yang tak aktif memberi informasi, atau siswa yang tak bertanya ke sekolah asalnya," kata Iwan seraya mengatakan ada juga siswa yang datang ke sekolah untuk bertanya cara perhitungan kalibrasi karena belum paham.

Sementara, menurut Kepala Disdik Jabar Dedi Supandi, ada sejumlah perbedaan antara PPDB tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya, Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan (KCD) Wilayah I-XIII menjadi Ketua Panitia PPDB. Selain itu, ada penambahan zonasi dan penyertaan sekolah swasta dalam sistem pendaftaran. 

"Desentralisasi kewenengan ini diharapkan mampu mempercepat penanganan pengaduan mulai di tingkat satuan pendidikan hingga KCD. Kami tetap berperan sebagai koordinator dan bertanggung jawab pada sistem dan pemantauan," katanya.

Penambahan zonasi, kata Dedi, bertujuan untuk mengakomodasi calon peserta didik yang berdomisili di perbatasan kabupaten/kota. Ambil contoh di Kabupaten Subang, dari 3 zonasi pada tahun lalu, menjadi 5 zonasi pada tahun ini. "Kota Depok dari satu zonasi sekarang 11 zonasi," katanya.

Dedi mengatakan, dengan proyeksi lulusan SMP negeri dan swasta tahun 2021 sebanyak 777.506 siswa, SMA/SMK/SLB Negeri di Jabar hanya mampu menampung 41,5 persen siswa. Rinciannya, SMAN 163.728 siswa, SMKN (113.112), dan SLBN (3.708). 

Oleh karena itu, kata dia, penyertaan sekolah swasta dalam proses pendaftaran PPDB 2021 dilakukan. Nantinya, peserta didik yang mendaftar pada PPDB 2021 tidak hanya memilih sekolah negeri, tetapi juga harus memilih sekolah swasta.

“Jadi, swasta menjadi sebuah pilihan, pilihan pertama negeri dan yang terakhir boleh memilih swasta. Mudah-mudahan dengan adanya seperti ini menjadi sebuah agenda yang semakin baik untuk pelaksanaan PPDB tahun ini,” katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement