Rabu 16 Jun 2021 05:14 WIB

Rumah Isolasi di Kota Bandung Tak Selalu Digunakan

Saat ini kluster keluarga meningkat di wilayah kecamatan.

Rep: Hartifiany Praisra / Red: Hiru Muhammad
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di area Posko Kesehatan RW 04, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Selasa (11/5). Warga RW 04, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari mengubah salah satu rumah warga yang tidak terpakai menjadi posko kesehatan yang juga berfungsi sebagai ruang isolasi bagi pemudik yang lolos dari penyekatan petugas selama larangan mudik Lebaran 2021. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di area Posko Kesehatan RW 04, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Selasa (11/5). Warga RW 04, Kelurahan Cipamokolan, Kecamatan Rancasari mengubah salah satu rumah warga yang tidak terpakai menjadi posko kesehatan yang juga berfungsi sebagai ruang isolasi bagi pemudik yang lolos dari penyekatan petugas selama larangan mudik Lebaran 2021. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Pemerintah Kota Bandung meminta setiap kecamatan untuk menyediakan rumah isolasi bagi masyarakat yang terpapar Covid-19. Ketua Paguyuban Camat Kota Bandung, Firman Nugraha menyebut jumlah rumah isolasi di tiap kecamatan ini fluktuatif.

Firman menyebut saat ini kluster keluarga meningkat di wilayah kecamatan. Sehingga rumah isolasi ini memang diperlukan."Kita berupaya menyediakan tempat isolasi, walaupun penggunaannya masih sangat minim yang dipakai, untuk sebagai tempat bagi mereka yang positif dan yang negatif kita amankan," kata Firman di Balai Kota Bandung, Selasa (15/6).

Firman menyebut pemakaian tempat isolasi belum maksimal. Karena tiap rumah ada yang 2-4 orang sesuai kondisi masing-masing wilayah."Keterisiannya yang masih rendah, mudah-mudahan itu karena cukup tersedia, jumlah yang disediakan pemerintah. Sehingga tidak membutuhkan di kewilayahan," kata Firman.

Firman mencontohkan salah satu tempat isolasi di Cipamokolan, dimana tempat isolasi sudah ideal dan dipakai beberapa kali. Pemerintah setempat pun memenuhi kebutuhan bagi pasien.

Sayangnya, jumlah tempat isolasi di tingkat kecamatan fluktuatif. Hal ini membuat setiap camat di Kota Bandung perlu terus mencari tempat yang bisa digunakan."Karena rumah yang dipakai rumah kosong milik warga, kita pakai untuk rumah isolasi tapi setelah 2-3 bulan berjalan dipakai lagi oleh yang punyanya, ya kita kembalikan," kata Firman.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement