REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayt al-Hikmah didirikan oleh khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, Harun al-Rasyid, di Baghdad pada abad ke-8. Baghdad menjadi peleburan pengetahuan dengan para filsuf, pemikir, dan astronom dari berbagai belahan dunia yang berlindung di pusat kekuatan intelektual itu.
Setelah Abbasiyah berkuasa di Irak pada tahun 750 M usai jatuhnya Dinasti Umayyah, ibu kota baru dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad. Itu adalah waktu ketika penaklukan Muslim dan pertumbuhan kekhalifahan memungkinkan iklim budaya yang dinamis berkembang.
Akibatnya, berbagai tradisi intelektual disusun di bawah pemerintahan Muslim yang memberikan landasan bagi pembelajaran Yunani kuno dari Eropa, serta dari Persia, Sumeria, dan India di Timur. Selama lima abad, antara abad ke-8 dan ke-13, Eropa menderita kerusakan intelektual sementara Baghdad adalah kota di atas bukit, dengan berbagai pengetahuan dan prestasi ilmiahnya.
Bayt al-Hikmah menampung orang-orang dari seluruh dunia dan dari berbagai agama—Kristen, Yahudi, Muslim, Zoroaster, yang mengumpulkan dan menerjemahkan banyak karya dari kanon sastra Yunani, yang memberikan pengaruh besar pada pemikiran Arab.