Rabu 16 Jun 2021 10:01 WIB

Peneliti Usulkan Cara Lacak Mikroplastik dengan Satelit

Satelit pelacak permukaan laut diharapkan bisa mengetahui keberadaan mikroplastik.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Hewan laut memiliki kemungkinan terbesar terpapar mikroplastik akibat sampah plastik yang dibuang sembarangan.
Foto: Pxhere
Hewan laut memiliki kemungkinan terbesar terpapar mikroplastik akibat sampah plastik yang dibuang sembarangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mikroplastik telah menjadi salah satu polutan yang berbahaya.  Jika ingin mengatasi masalah polusi mikroplastik, maka perlu pemahaman di mana partikel kecil ini berada. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa mungkin saja bisa mengetahui keberadaan mikroplastik dengan menggunakan satelit.

Saat ini, perkiraan mikroplastik di lautan bergantung pada trawl area tertentu dengan jaring dan menilai pergerakan berdasarkan pola sirkulasi laut. Ada banyak motode untuk mencari tahu di mana partikel plastik ini berada dan bagaimana mikroplastik bergerak seiring waktu.

Baca Juga

Di situlah peran pembacaan satelit, khususnya pembacaan satelit tentang kekasaran permukaan laut dari satelit cuaca Cyclone Global Navigation Satellite System (CYGNSS).

“Kami telah melakukan pengukuran radar terhadap kekasaran permukaan dan menggunakannya untuk mengukur kecepatan angin. Kami tahu bahwa keberadaan benda-benda di dalam air mengubah daya tanggapnya terhadap lingkungan,” kata ilmuwan iklim dan ruang angkasa Chris Ruf dari University of Michigan, dilansir dari Science Alert, Selasa (15/6).

Ruf dan rekan-rekannya berpikir bahwa apa yang ditangkap satelit adalah surfaktan (senyawa berminyak yang biasanya menyertai mikroplastik di dalam air) dan yang menurunkan tegangan permukaan di mana laut bertemu dengan udara.

Ketika para peneliti mencocokkan pembacaan dan prediksi satelit mereka dengan pengukuran aktual dan model mikroplastik laut saat ini, mereka menemukan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa teknik tersebut berhasil.

Metode pelacakan baru yang inovatif ini juga berarti bahwa sumber mikroplastik dapat diidentifikasi dengan lebih mudah. Data baru menunjukkan lonjakan konsentrasi mikroplastik di muara Sungai Yangtze, misalnya, yang telah lama dianggap sebagai sumber utama jenis polusi laut ini.

“Data mikroplastik yang tersedia di masa lalu sangat jarang, hanya cuplikan singkat yang tidak dapat diulang.”

Mikroplastik yang masuk ke permukaan laut diperkirakan menapai 8 juta ton. Mengetahui di mana plastik ini berada dan bagaimana pergerakannya dapat membantu kita melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan lebih efisien, sekaligus memastikan bahwa plastik tidak terus mencemari lingkungan kita.

Arus dan suhu air lokal yang berlaku (yang mempengaruhi pencampuran lapisan air) kemungkinan besar bertanggung jawab atas variasi konsentrasi mikroplastik, kata para peneliti. Bintik-bintik kecil plastik dapat melakukan perjalanan ratusan ribu kilometer di atas ombak.

Para peneliti sudah mencoba mengatur kemitraan dengan organisasi pembersihan laut untuk memanfaatkan data dengan baik. Namun, pertama-tama, pembacaan ini perlu diverifikasi dan diperiksa dengan pengukuran lapangan yang lebih aktual.

“Kami masih berada di awal proses penelitian, tapi saya harap ini bisa menjadi bagian dari perubahan mendasar dalam cara kami melacak dan mengelola polusi mikroplastik,” kata Ruf.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement