REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca Covid-19 disebut sangat efektif melawan varian Delta corona. Hal ini dinyatakan analisis baru dari Public Health England, dilansir NBC, Kamis (17/6).
Varian delta yang pertama kali diidentifikasi di India itu kini telah menjadi strain dominan di Inggris. Analisis sebelumnya dari PHE menunjukkan bahwa dosis tunggal vaksin kurang efektif terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian Delta dibandingkan varian Alpha, atau B.1.1.7, yang melanda Inggris pada musim dingin.
Sementara itu, analisis baru menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer 96 persen efektif terhadap varian Delta. Lalu dua dosis vaksin AstraZeneca pun dipercaya 92 persen efektif.
"Vaksin kedua sangat penting," kata Dr. Paul Offit, peneliti vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia.
Sebelumnya dari studi fase satu ditemukan bahwa suntikan kedua menginduksi tingkat antibodi penetralisir spesifik virus yang sekitar sepuluh kali lipat lebih besar dari dosis pertama.
Analisis PHE mencakup 14.019 kasus yang disebabkan oleh varian Delta di Inggris, 166 di antaranya mengakibatkan rawat inap dari 12 April hingga 4 Juni.
“Vaksin-vaksin ini memiliki kemanjuran yang menakjubkan setidaknya dalam kasus ini terhadap rawat inap,” kata Dr. Gregory Poland, direktur Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Pejabat kesehatan Inggris pun mendesak warga untuk mendapatkan dosis kedua ketika giliran mereka.
“Karena itu, sangat penting untuk mendapatkan kedua dosis vaksin sesegera mungkin sebagai bentuk perlindungan maksimal terhadap semua varian yang ada saat ini,” kata Dr. Mary Ramsay, kepala imunisasi di PHE dalam sebuah pernyataan.
Data baru menunjukkan bahwa vaksinasi penuh sangat penting untuk varian khusus ini, menurut Angela Rasmussen, ahli virus di Organisasi Vaksin dan Penyakit Menular Universitas Saskatchewan. CEO Pfizer Albert Bourla juga menyatakan keyakinannya tentang bagaimana vaksin Pfizer memiliki efektivitas baik terhadap varian Delta.
“Kami tidak akan membutuhkan vaksin khusus untuk itu. Vaksin saat ini harus menutupinya,” ujarnya.