Jumat 18 Jun 2021 11:08 WIB

Pesan Kemajemukan dari Para Pendiri Bangsa

Para pendiri bangsa memberi pesan kemajemukan.

  Direktur Pengkajian Materi BPIP Muhammad Sabri saat menjadi pembicara di acara Dialog Kebangsaan bertajuk Rajut Erat Nilai-Nilai Pancasila di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6),
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Direktur Pengkajian Materi BPIP Muhammad Sabri saat menjadi pembicara di acara Dialog Kebangsaan bertajuk Rajut Erat Nilai-Nilai Pancasila di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6),

REPUBLIKA.CO.ID,PALU -- Suasana Dialog Kebangsaan bertajuk Rajut Erat Nilai-Nilai Pancasila di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (18/6), menjadi riuh penuh tawa. Ini terjadi ketika seorang peserta bernama Haji Harjun dari Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Palu), mengajukan sebuah pernyataan kepada narasumber dialog ini yaitu Direktur Pengkajian Materi BPIP, Muhammad Sabri.

Haji Harjun mengatakan, bahwa selama ini banyak orang bicara Pancasila dan kebhinekaan. Tetapi, sampai saat ini masalah perjodohan masih suka menimbulkan masalah.

Baca Juga

"Kenapa kita banyak bicara Pancasila, tapi orang tua banyak yang melarang anak-anaknya menikah hanya dengan sesama sukunya saja. Dan, melarang menikah pasangan dari suku-suku lainya. Kenapa kita tidak mulai saja nikah pembauran, nikah tanpa ada larangan dengan suku ini suku itu," kata Haji Harjun yang disambut riuh tepuk tangan dan tawa dari para peserta. 

Muhammad Sabri selaku Direktur Pengkajian Materi BPIP pun menanggapi pernyataan Haji Harjun ini. Menurut Sabri, jika dilihat dari sejarahnya, hampir semua tokoh nusantara multi enik terlibat dalam pendirian bangsa ini, yang salah satunya tergabung di BPUPKI. 

"Ada empat etnis China, ada tokoh Katholik seperti A Maramis dari Manado dan Latuharhary dari Ambon.  Ada juga KH Wahid Hasyim, KH Agus Salim, Ki Bagus Kusumo," kata Sabri.

Menurut Sabri, jadi para pendiri bangsa telah menunjukkan telah mempraktikkan forum kebangsaan. Namun, soal masalah perjodohan itu, Sabri mengatakan, "Tapi soal silang budaya ini, karena pernikahan ini kan juga soal cinta. Kalau saya suka dengan gadis Palu, tapi gadis Palu-nya tak suka saya, ya gak bisa juga," kata Sabri yang juga disambut riuh tawa dan tepuk tangan peserta.

Namun, Sabri mengingatkan bahwa pembauran ini sudah dicontohkan oleh para pendiri bangsa kita.  Bung Hatta misalnya, yang telah mengatakan ada dua hal jika ditanga soal Indonesia.

Pertama, menurut Bung Hatta, Indonesia adalah negeri yang luas dari ufuk timur ke barat. Kedua, Indonesia adalah negeri yang multietnik dan multikultur. 

Menurut Sabri, pernyataan Bung Hatta itu memberi pesan bahwa siapapun yang mengelola Indonesia harus memiliki wawasan yang luas dan memiliki pemikiran yang majemuk dan kebhinekaan.  

Pada acara ini, digelar Dialog Kebangsaan dengan Tema Rajut Erat Nilai-Nilai Pancasila. Adapun yang menjadi pembicara adalah 

Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso selaku pembicara kunci. Kemudian, Direktur Pengkajian Materi BPIP Muhammad Sabri.

Kemudian, ada acara pengukuhan pengurus Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) dan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK). Pengukuhan ini dilantik langsung oleh Wali Kota Palu Hadianto Rasyid yang disaksikan oleh jajaran pejabat BPIP.

Peserta yang hadir berasal dari kalangan masyarakat. Di antaranya yaitu kader FPK Kota Palu, FKUB Kota Palu, dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Palu. Kemudian, dihadiri juga oleh ASN/PNS dari Pemkot Palu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement