REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Belanda mempelajari efek buruk polusi cahaya terhadap kelelawar. Jauh dari cahaya benderang kota Amsterdam, Dr. Kamiel Spoelstra berusaha menemukan mahluk hidup yang aktif di kegelapan malam. Kelelawar membantu petani buah memerangi serangga.
Ahli ekologiitu berusaha memahami, bagaimana cahaya memengaruhi kelelawar. Sejauh ini, timnya sudah menemukan 19 spesies kelelawar. Setiap spesies memberikan reaksi berbeda terhadap cahaya.
"Kelelawar memberikan reaksi ekstrem terhadap cahaya, terutama karena takut pada predator. Jadi, jika kelelawar terbang lambat, berarti hewan itu lebih suka tidak menampakkan diri dalam cahaya, karena risikonya tinggi. Tapi jika kelelawar terbang sangat cepat dan sangat tangkas, hewan tidak ketakutan.”
Cahaya biru ganggu kelelawar
Hewan yang aktif di malam hari ini sensitif terhadap spektrum cahaya biru. Kelelawar menggunakan cahaya bulan untuk bernavigasi. Semakin terang cahaya biru, semakin mereka terganggu.
Untuk menguji bagaimana setiap spesies bereaksi terhadap bagian lain spektrum warna, peneliti menempatkan sekitar 200 lampu di seluruh negeri, yang memancarkan beragam warna.
"Jika kita memadukan spektrum biru dengan sedikit warna merah, seperti bisa dilihat di sini, mungkin itu bisa tidak terlalu mengganggu hewan malam. Ini mungkin tidak terlalu intensif bagi mereka. Dan itulah hasil pengamatan kami selama ini," kata dia.
Di seluruh dunia, intensitas dan kecemerlangan cahaya meningkat 2 persen per tahun. Malam jadi semakin terang. Sejumlah studi menunjukkan, polusi cahaya mengganggu siklus alamiah dan kesehatan mental pada manusia.
Asosiasi langit gelap internasional juga sudah menyerukan, agar cahaya yang terpancar ke luar rumah dikurangi. Karena Bumi semakin terang, perbatasan negara bisa terlihat jelas dari angkasa.
Belanda sekarang berada di garis terdepan perang terhadap polusi cahaya di Eropa. Di sejumlah distrik di Belanda, sebagian jalan bebas hambatan sudah tidak lagi diterangi lampu.
Penerangan tepat yang tidak ancam kelelawar
Maurice Donners adalah seorang peneliti pada Signify, sebuah perusahaan yang mendesain lampu ramah kelelawar. Ia menjelaskan, menempatkan penerangan yang benar, lebih dari sekadar memasang lampu bercahaya terang.
"Kita memang perlu cahaya, tapi harus menggunakannya dengan cara yang berkelanjutan. Yaitu lewat efisiensi energi, solusi tipe cradle-to-cradle, dan memperhatikan efek cahaya. Jadi kita ingin efek optimal bagi seluruh ekosistem, bukan hanya bagi manusia," ucap dia.
Sejumlah distrik di Belanda bahkan sudah jadi lebih gelap, karena inisiatif semacam itu. Citra dari satelit menunjukkan, inisiatif itu memberikan kembali langit malam yang gelap kepada penduduk lokal, dan terlebih lagi, bagi hewan malam di kawasan itu, yang sangat membutuhkan kegelapan malam bagi hidup mereka.
sumber: https://www.dw.com/id/polusi-cahaya-ancam-spesies-kelelawar-yang-rentan-cahaya/a-57626449