Senin 21 Jun 2021 13:41 WIB

Tempat Tidur Isolasi di RS Covid-19 Jakarta Hampir Penuh

Tingkat keterisian tempat tidur isolasi di DKI Jakarta hampir 90 persen

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Seorang dokter berdiri di dalam salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO
Foto: ANTARA/m risyal hidayat,
Seorang dokter berdiri di dalam salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, angka keterisian tempat tidur isolasi atau bed occupancy ratio (BOR) di DKI Jakarta saat ini hampir menyentuh angka 90 persen. Saat ini, DKI Jakarta memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 37.426.

Namun, yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19 sebanyak 17.752 tempat tidur isolasi. Angka itu disebutnya sudah meningkat dibandingkan pada awal Mei lalu yang sebesar 14 ribu tempat tidur.

Baca Juga

“Dan sampai sekarang sudah terisi sekitar hampir 90 persennya. Jadi hampir 90 persen dari 17 ribu tempat tidur ini. Untuk informasi teman-teman, DKI total ada 37.426. Jadi masih ada row untuk DKI menaikkan dari 47 persen menjadi 50 persen,” kata Menkes Budi usai rapat terbatas dengan Presiden, Senin (21/6).

Lebih lanjut, Budi mengatakan, Presiden telah menginstruksikan agar pemerintah fokus pada upaya pencegahan penularan kasus di masyarakat sehingga dapat mengurangi beban penanganan pasien di rumah sakit. Upaya pencegahan kasus ini dilakukan dengan memperkuat implementasi PPKM mikro dan juga mempercepat vaksinasi massal Covid-19.

Budi juga menyampaikan, Presiden mengutamakan penanganan masalah kesehatan harus dapat diselesaikan terlebih dahulu sebelum penanganan di bidang ekonomi.

“Bapak Presiden juga jelas di awal bahwa ekonominya tidak mungkin akan bisa selesai kalau kesehatan tidak selesai. Karena memang isu utamanya adalah isu kesehatan. Oleh karena itu, bapak Presiden mengutamakan isu kesehatannya nih harus selesai. Karena tidak mungkin ekonomi bisa balik kalau isu kesehatan tidak selesai,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement