Peran Pemuda Kunci Sukses Sebuah Bangsa
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Anggota karang taruna PuriaPembentangan bendera Merah Putih sepanjang 200 meter yang melibatkan sekitar 150 pemuda untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. | Foto: Antara/Jojon
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penulis dan pendakwah muda, Habib Husein Ja'far mengatakan, dari zaman dulu sampai sekarang pemuda selalu memberi perubahan dalam suatu bangsa. Bahkan, kemerdekaan Indonesia sendiri tidak lepas dari peran pemuda-pemuda saat itu.
"Dalam konteks kebangsaan, peran pemuda sangat inti dan utama, sehingga bisa kita katakan bangsa ini tidak akan merdeka tanpa peran penting pemuda zaman itu," kata Ja'far dalam webinar yang digelar FIAI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Rabu (23/6).
Begitu juga dalam konteks keislaman. Bahkan, Nabi Muhammad SAW memberi perhatian dan perlakuan khusus bagi pemuda. Ja'far memberikan contoh mengenai empat pemuda pada zaman Rasulullah, yang mereka diberi waktu dan tempat khusus untuk belajar.
Hal ini dilakukan karena Rasulullah tahu betapa besar perannya pada masa depan. Islam menjadi lebih buruk atau lebih baik pada masa depan itu tergantung pemuda karena mayoritas masyarakat, bisa jadi bencana demografi atau bonus demografi.
Dalam pandangan Islam, pemuda yang baik berkarakter ashabul kahfi dan beriman. Dia mendapat kemuliaan di mata Allah, dan dengan keyakinan dan keimanan itu kita selalu merasa diawasi Allah, malu bermaksiat walau tidak ada manusia melihat.
Karakter pemuda baik menurut Islam yang selanjutnya harus menjadi pribadi yang positif. Artinya, dia ingin selalu menjadi lebih baik setiap harinya. Ja'far menekankan, sebagai pemuda yang baik kita harus mempunyai sikap yang konsisten.
"Sedikit demi sedikit tapi istiqomah akan lebih baik daripada besar namun musiman," ujar Ja'far.
Selanjutnya, aktif dan produktif, karena jika positif saja hanya menyelamatkan dirinya sendiri. Sedangkan, Islam memerintahkan mengajak kepada kebaikan, jadi harus aktif dan produktif. Lalu, harus kreatif dan kolaboratif dalam kebaikan.
Terlebih, sudah banyak dakwah yang bersifat kaku, sehingga banyak ditinggalkan pemuda. Maka itu, pemuda harus kreatif dalam berdakwah, misalnya menyertakan humor karena humor merupakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua kalangan.
Selanjutnya, solutif, artinya kita harus memberi solusi bukan hanya menghakimi. Hukum harus ditegakkan, namun kita juga harus mencari solusi yang sesuai dengan keadaan saat ini. Apalagi, generasi muda tidak suka digurui tapi suka dirangkul. "Seperti Nabi Muhammad yang menganggap pemuda adalah sahabat," kata Ja'far.
Terakhir, ia menekankan, pemuda harus mempunyai wibawa. Pemuda harus menjaga martabatnya dengan menghindari hal-hal yang akan menjatuhkan harga dirinya. Karenanya, generasi muda harus pula cakap dan profesional dalam keilmuan.
"Jangan sampai ada kesalahan dalam literasi. Pemuda harus berwawasan luas, menjadi sahabat perpustakaan. Pemuda harus siap melangkah kesepian dalam kebenaran dan tidak boleh terbawa arus," ujarnya.