REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pebalap Mercedes, Valtteri Bottas, Sabtu (26/6) waktu setempat mengatakan penalti yang ia terima di Grand Prix Styria terlalu 'keras'. Ia keluhan tim rival turut mendorong ofisial menjatuhkan hukuman kepadanya.
Pebalap Finlandia, yang finis kedua di kualifikasi, akan start dari P5 di Red Bull Ring pada Minggu. Hal tersebut menyusul hukuman mundur tiga posisi start yang dijatuhkan pada Jumat, karena ia dianggap membahayakan ketika kehilangan kendali mobilnya di jalur pit pada sesi latihan.
McLaren, yang menggunakan mesin Mercedes, dengan cepat melaporkan insiden tersebut ke Direktur Balapan Michael Masi lewat radio. "Michael, itu benar-benar konyol," kata manajer tim Paul James. "Dia bisa saja menabrak anggota kami di sana," katanya pula.
Bottas mengatakan pada waktu itu, ia mencoba sesuatu berbeda untuk keluar dari boks dengan gigi kedua. Namun, ia merasa hal tersebut hanyalah insiden biasa. Karena itu, dalam pandangannya, penalti yang diterima dirinya terbilang cukup keras.
"Saya tidak menyangka akan ada penalti. Tapi tentunya tim-tim lain, ketika mereka melihat kesempatan, mereka mengeluhkan itu berbahaya, jadi kami akan dikenai penalti,'' kata Bottas, seperti dikutip Reuters. ''Begitu caranya, semua orang selalu mencoba mengacaukan Anda di olahraga ini.''
Bos tim Mercedes, Toto Wolff, tidak menampik mobil yang hilang kendali bisa melukai seseorang. Dia pun paham penalti layak diberikan, namun juga menganggapnya terlalu keras karena pembalapnya tidak pernah sengaja membuat insiden tersebut.
"Saya mendapatinya keras khususnya dijatuhkan kepada seseorang seperti Valterri yang tak pernah menginjakkan kakinya ke tempat yang salah. Dia sangat jujur dan tak bertele-tele dalam menjelaskan," kata Wolff.