Rabu 30 Jun 2021 11:56 WIB

Dedi Mulyadi Desak BPOM Beri Ruang ke Obat Ampuh Covid 19

Upaya extraordinary ini, akan membantu percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Dedi Mulyadi
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) didesak untuk memberikan ruang dan prosedur lebih sederhana, pada obat-obatan yang bisa menyembuhkan Covid-19. Pasalnya, sejauh ini, ada obat yang mampu menyembuhkan warga yang terkonfirmasi positif. Obat tersebut juga terbukti menyembuhkan dalam waktu cepat dan nihil efek samping.

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menceritakan pengalamannya saat membantu sejumlah teman dan kolega yang terinfeksi Covid-19. Mereka, menurutnya, juga diminta untuk tidak isolasi di rumah sakit atau tempat rujukan pemerintah karena akan membebani anggaran. 

“Saya juga berkirim obat, buatan teman orang Subang. Sampai hari ini, sudah lebih dari 10 pasien yang sehat, waktunya cuma tiga hari, asal tidak bercampur dengan antibiotik,” ujar Dedi dalam siaran persnya, Selasa (30/6).

Meski terbukti menyembuhkan dan minus efek samping, dia melihat, obat-obatan jenis herbal ini akan menghadapi kendala standarisasi dan menutup harapan ini bisa diakui oleh lembaga resmi pemerintah. 

Kondisi ini, kata dia, akan membuat upaya penanganan Covid-19 di Indonesia berjalan lambat. Sementara, perang melawan Covid-19 membutuhkan sumbangsih dari seluruh lapisan. 

“Saya pikir negara hari ini butuh kecerdasan orang untuk berpartisipasi. Saat melawan musuh, itu peluru, peluru habis berkelahi pakai pisau, tapi kalau pakai katapel bisa membunuh, ya tidak masalah kan?” katanya.

Karena itu, Dedi menilai, terhadap obat yang terbukti menyembuhkan dan tanpa efek samping, BPOM harus cepat tanggap melakukan analisis dan mengumumkan secara cepat pada khalayak apakah ini layak atau tidak dikonsumsi. 

“Jadi dengan upaya ini, BPOM juga memberi banyak ruang untuk penyembuhan. Dalam situasi ini akan ada juga yang memanfaatkan situasi, artinya BPOM harus tetap selektif,” katanya.

Dedi menilai, jika BPOM sigap dan bisa menyederhanakan prosedur pengujuan terhadap obat-obatan selain menurunkan angka pasien positif, dirinya optimistis akan terjadi efisiensi. 

“Ketika ada obat-obatan yang mampu menyembuhkan 4 hari maksimal, itu lebih baik dibanding harus menjadikan hotel sebagai tempat isolasi, isolasi di hotel itu tidak murah,” katanya.

Upaya-upaya extraordinary ini, kata Dedi, akan membantu percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia. Menurutnya, prosedur standar hanya akan memperlambat dan membuat warga putus asa. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement