REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Seorang guru di Inggris bernama Abderrahmane Fadil memilih untuk melewatkan kesempatan untuk divaksinasi Covid-19 ketika jatahnya sudah ada beberapa waktu lalu.
Ia mengaku belum mau mendapatkan vaksin karena merasa sehat dan tak mau repot mengantre vaksin.
Menurut Fadil, tawaran untuk divaksinasi datang pada Februari. Ketika itu, warga berusia 60 tahun ke atas menjadi sasaran utama program vaksinasi.
"Undangan untuk suntik vaksin datang dan saya sedikit ragu karena saya sangat baik pada saat itu. Saya agak enggan dan hanya berpikir untuk menunggu, nanti saja," ujar pria berusia 60 tahun itu, dikutip dari The Sun, Kamis (1/7).
Fadil yang tinggal di Bradford bersama istrinya Khadijah dan dua putranya Rayan (sembilan tahun) dan Aryan (tujuh) tidak pernah mengira akan terkena Covid-19. Ia juga tak menduga kalau penyakit infeksi SARS-CoV-2 itu akan membuatnya sangat sakit.
Fadil jatuh sakit pada awal Juni 2021. Ia menelepon ambulans karena merasa sesak napas berat dan merasa ajalnya sudah hampir tiba.
Melihat anak-anaknya panik, Fadil sangat iba. Ia merasa itulah momen paling menyedihkan dalam hidupnya.
"Ketika dibawa ke rumah sakit, saya terengah-engah dan suhu tubuh saya melonjak. Saya sangat ketakutan."
Kini, setelah keluar dari rumah sakit, Fadil pun menyerukan orang-orang untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Nyawanya hampir tak tertolong saat dirawat selama sembilan hari akibat penyakit yang telah mewabah ke berbagai penjuru dunia itu.
"Menolak divaksinasi adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Saya akan pergi ke neraka dan kembali lagi demi mendapatkan vaksin. Covid-19 bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan. Ini bukan lelucon. Vaksin adalah penyelamat hidup bagi umat manusia. Sangat penting untuk bertahan hidup, jadi tolong jangan ragu untuk mendapatkannya, jangan seperti saya," ujar Fadil yang dirawat di Bradford Royal Infirmary, bagian dari Bradford Teaching Hospitals NHS Foundation Trust.