REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang koki restoran besar di Thailand benci pembuangan bahan pangan. Ia sudah temukan cara jitu menghemat penggunaan bahan pangan, yang juga kurangi sampah.
Bagi sebagian besar orang, sampah yang membludak di tempat penampungan sampah, sekadar sampah biasa. Bagi Daniel Bucher, yang jadi koki kepala di sebuah hotel besar di ibu kota Thailand, Bangkok, ini terutama skandal. Karena hampir dua pertiga sampah di tempat pembuangan sampah Thailand adalah sampah organik. Terutama sisa makanan.
Sambil melangkah di atas tumpukan sampah, ia mengamati benda-benda di sekitarnya, dan menunjukkan, bahwa banyak hal yang sepintas lalu tampak seperti plastik, sebenarnya makanan. “Juga lumpur lunak yang di bawahnya. Itu semua makanan, organik, biomassa,“ ujar Daniel Bucher dengan kesal. “Kadang masih tampak bagus. Kadang masih dibungkus. Mungkin bisa dicuci dan segera dimasak.“
Buang makanan adalah hal bodoh
Daniel Bucher bisa dibilang punya hubungan spesial dengan bahan pangan. "Saya sendiri benci membuang makanan. Bukan hanya karena saya memasak dengan penuh kesabaran dan rasa sayang kepada masakan. Tapi juga karena rasanya sangat tolol, jika membuang sesuatu, yang sebetulnya bisa dijadikan masakan enak.“
Ia menambahkan, masalah pembuangan bahan pangan sudah lama menyibukkan dia, dan membuat dia rasanya hampir gila.
Hotel dengan 1.000 kamar tempat Daniel Bucher bekerja adalah salah satu hotel terbesar di Thailand. Untuk sekitar 200 pekerja dapurnya, Bucher membuat kebun sayuran kecil di atap hotel. Hasil panen dari kebun itu tidak membantu kebutuhan hotel raksasa tersebut. Tapi bagi para kokinya, kebun menyulut timbulnya kesadaran baru tentang bahan pangan.
Jangan sembrono....