Selasa 13 Jul 2021 00:35 WIB

Studi: Kesehatan Mental Anak Terganggu Selama Pandemi

Penutupan sekolah selama pandemi membuat mental anak-anak terganggu.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nora Azizah
Penutupan sekolah selama pandemi membuat mental anak-anak terganggu.
Foto: www.freepik.com.
Penutupan sekolah selama pandemi membuat mental anak-anak terganggu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan penutupan sekolah karena pandemi Covid-19 telah membuat kesehatan mental anak-anak terganggu. Seperti gangguan makan dan tidur, mimpi buruk, sakit perut yang tidak dapat dijelaskan tanpa alasan fisik, menarik diri atau agresif, perilaku ketergantungan dan penurunan minat bermain.

"Meskipun penutupan itu diperlukan, dampaknya adalah krisis kesehatan mental pada anak-anak yang hampir merupakan pandemi paralel. Masalah psikologis umum di antara sukarelawan sehat usia sekolah adalah lekas marah, kebosanan, gangguan tidur, ketakutan berlebihan dan kurang perhatian," kata Kepala Pusat Kematian dan Perawatan Narkoba di PGIMER Prof D Basu dikutip dari timesofindia.com, Senin (12/7).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan sebuah studi terbaru di Lancet berfokus pada penutupan sekolah sebagai titik buta dalam kesehatan mental global. Studi tersebut telah mencatat penutupan sekolah yang berkepanjangan cenderung memiliki efek mendalam pada kesehatan mental anak-anak, remaja dan dewasa muda secara global.  

Selain manfaat akademis yang penting dari sekolah, sekolah memiliki peran penting dalam membentuk kesejahteraan mental kaum muda dengan menyediakan ruang terstruktur dan terawasi untuk pengembangan sosio-emosional, persahabatan dan jaringan dukungan sosial, perlindungan dari perilaku pengambilan risiko.  

"Untuk gelombang ketiga, para ahli memiliki saran untuk guru dan orang tua.  Karena remaja berada pada risiko mengambil usia dan dengan demikian sangat impulsif, mereka cenderung berhati-hati.  Oleh karena itu, guru dan orang tua harus menguatkan mereka untuk tetap berpegang pada perilaku yang sesuai dengan Covid-19,” kata dia.

Diketahui, hasil studi tersebut menunjukkan satu dari setiap 3/5 akan memiliki beberapa masalah psikologis lainnya.  Perilaku yang memburuk secara keseluruhan terlihat pada 79,4 persen yang merupakan angka yang luar biasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement