REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Warga Kota Tasikmalaya yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri (isoman) belum seluruhnya mendapat akses obat dan vitamin secara gratis. Selama ini, pasien Covid-19 yang menjalani isoman masih banyak yang harus memenuhi kebutuhan obat dan vitaminnya sendiri.
Salah seorang warga Kota Tasikmalaya, Surya (56 tahun) mengaku selama ini hanya dikirimi obat dan vitamin dari puskesmas setempat alakadarnya. Obat dan vitamin itu pun didapatinya setelah menghubungi jejaringnya di puskesmas setempat. Padahal, di rumahnya terdapat dua orang anggota keluarganya yang menjalani isaman, yaitu anak dan ibunya.
"Anak dan ibu saya itu positif tanpa gejala. Pernah didatangi oleh petugas puskesmas, tapi hanya melakukan pendataan," kata dia kepada Republika, Jumat (16/7).
Menurut dia, petugas puskesmas kemudian menjelaskan tata cara menangani pasien Covid-19 yang menjalani isoman. Surya diberi tahu agar anggotanya yang positif Covid-19 mesti dipisahkan di kamar tertentu, termasuk kamar mandinya.
Namun, ia mengaku, tak diberi obat atau vitamin untuk anggota keluarganya itu. Petugas puskesmas yang datang juga tak memberi saran terkait obat dan vitamin yang harus dikonsumsi untuk anggota keluarganya yang isoman.
"Jadi saya cari tahu sendiri, tanya sana-sini. Sempat dikasih oleh puskesmas, tapi seadanya. Akhirnya saya sendiri vitaminnya," kata dia.
Ia berharap, pemerintah dapat lebih memperhatikan pasien Covid-19 yang menjalani isoman. Sebab, tak semua pasien isoman memiliki kemampuan untuk membeli obat atau vitamin secara mandiri.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, selama ini pasien Covid-19 di daerahnya memang belum sepenuhnya mendapatkan obat dan vitamin secara gratis. Sebab, ketersediaan obat yang ada di puskesmas juga terbatas.
Ia menjelaskan, petugas di lapangan kadang terkendala dengan banyaknya pasien Covid-19 yang menjalani isoman. Sementara, petugas di lapangan harus memantau kondisi pasien satu per satu. Alhasil, pemantauan tak bisa dilakukan dengan cepat lantaran banyaknya pasien Covid-19 yang menjalani isoman.
"Kita berikan obat dan vitamin ya sesuai kondisi pasien. Tak bisa semuanya diberi obat antivirus karena terbatas. Kalau dia hanya demam, ya diberi paracetamol," kata dia.
Menurut dia, saat ini ketersediaan obat antivirus hanya diperuntukkan bagi padien bergejala. Apabila semua pasien isoman diberikan obat antivirus, pasien yang bergejala tak akan kebagian obatnya.
Ihwal adanya pendistribusian obat gratis untuk pasien Covid-19 yang menjalani isoman dari pemerintah pusat, Asep mengaku belum menerima arahan secara resmi. Berdasarkan informasi yang diterimanya, obat dari pemerintah pusat itu disalurkan melalui dua mekanisme.
Pertama, obat itu disalurkan melalui TNI. Nantinya TNI menyalurkan ke sejumlah daerah dan berkoordinasi dengan puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien Covid-19 yang isoman.
Kedua, obat gratis itu disalurkan melalui sejumlah platform yang sudah melakukan kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pasien Covid-19 yang menjalani isoman dapat mengakses sendiri obat itu melalui platform tertentu untuk mendapatkannya.
"Pasien hanya tinggal upload KTP, keterangan positif, dan gejalanya. Nanti obatnya akan dikirim ke alamat pasien langsung," kata dia.
Namun, Asep mengatakan, layanan obat gratis dari pemerintah pusat itu masih belum tersedia di Kota Tasikmalaya. Pihaknya masih menunggu petunjuk teknis dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) untuk penyalurannya.
"Kita masih tunggu juknisnya karena kita juga melakukan pengadaan obat, agar tidak tumpang tindih," kata dia.
Asep mengatakan, pihaknya akan mendukung penuh program penyaluran obat gratis yang diperuntukkan bagi pasien isoman. Sebab, obat gratis itu dinilai sangat membantu penanganan Covid-19 di lapangan.