REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Warga Uganda memprotes pengucuran dana sebesar 30 juta dolar AS untuk pembelian mobil baru anggota parlemen negara tersebut. Keputusan demikian diambil saat negara miskin tersebut tengah berjuang melawan pandemi Covid-19.
Masing-masing dari 529 anggota parlemen Uganda akan memperoleh 200 juta shiling atau setara 56.500 dolar AS untuk membeli mobil baru. "Tidak dapat diterima bagi pemerintah untuk membeli kemewahan kepada sekelompok kecil di parlemen, yang terus menerima gaji bulanan lebih dari 30 juta shilling, sementara populasi yang lebih besar tidak dapat memberi makan diri mereka sendiri,” kata Direktur Eksekutif Persatuan Pembela Hak Asasi Manusia Uganda Anet Nana Namata, dikutip laman Al Arabiya pada Sabtu (24/7).
Pemimpin Forum LSM Nasional Uganda Moses Isooba turut mengkritik keputusan tersebut. "Tindakan ini memalukan di saat pemerintah mengimbau warga negara menyumbangkan uang untuk membeli vaksin Covid-19," ujarnya.
Menurut dia, dana yang dikucurkan untuk membeli mobil anggota parlemen itu dapat disalurkan ke setengah juta penduduk paling rentan di negara tersebut.
Mengabaikan kritik dan protes, juru bicara pemerintah Uganda Ofwono Opondo justru membela keputusan pencairan dana untuk pembelian mobil bagi anggota parlemen. Dia menyebut hal itu sejalan dengan tradisi yang sudah berlangsung lama.
“Ini untuk memfasilitasi keterlibatan mereka (anggota parlemen) dengan pemilih. Bagaimanapun, organisasi masyarakat sipil telah menjadi bagian dari proses penganggaran dan tahu lama anggota parlemen mendapatkan uang untuk membeli mobil," kata Ofwono.
Uganda, negara berpenduduk 45 juta orang, telah mencatat 91.710 kasus Covid-19 dan 2.496 kematian. Sejauh ini, hanya sekitar satu juta orang yang telah divaksinasi.