Senin 26 Jul 2021 10:32 WIB

Penjual Sepatu Crocs Palsu Berhadapan dengan Hukum

Crocs juga mendapati ada kenaikan belanja daring sepatu palsu.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Model memperlihatkan sepatu Crocs. Produsen Crocs melancarkan gugatan untuk menghentikan penjualan sepatu yang mirip dengan buatannya.
Foto: EPA
Model memperlihatkan sepatu Crocs. Produsen Crocs melancarkan gugatan untuk menghentikan penjualan sepatu yang mirip dengan buatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Clogs Crocs yang kaku tapi nyaman kian populer selama pandemi. Tidak hanya sebagai sepatu kerja dari rumah yang ideal, tetapi juga sebagai pernyataan mode, contohnya di kaki Justin Bieber dan di karpet merah Oscar seperti yang dikenakan oleh Questlove.

Dengan popularitas itu, datang peniru yang membuat produsen kemudian menggugat Walmart Inc, Hobby Lobby Stores Inc, dan 19 perusahaan lain dengan tuduhan pelanggaran merek dagang terkait dengan alas kaki tersebut. Crocs Inc mengatakan dalam pengaduan yang diajukan di Denver, Colorado, Amerika Serikat bahwa ada kenaikan belanja daring konsumen terhadap alas kaki palsu dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga

Dalam aksi terpisah, Crocs meminta Komisi Perdagangan Internasional AS untuk mengeluarkan larangan impor sepatu yang meniru nama atau desain merek dagangnya. Editor Eksekutif Footwear News dari Fairchild Media Group, Katie Abel, menyebut, Crocs berupaya meningkatkan fokusnya pada konsumen langsung dan meningkatkan kehadiran digitalnya.

Pada saat yang sama, menurut Abel, langkah itu mengurangi ketergantungan Crocs pada toko fisik dan memutuskan hubungan dengan mitra ritel lama. Hal itu membuat beberapa toko berebut mencari cara mengganti merek yang begitu panas itu.

"Beberapa dari peritel mungkin memutuskan mencari pesaing dan peniru untuk mengisi celah tersebut," ujar Abel, dilansir Indian Express, Senin (26/7).

Pada Kamis lalu, Crocs merilis laporan pendapatan kuartal terbarunya, mengalahkan perkiraan tertinggi analis dan meningkatkan perkiraan setahun penuh. Penjualan di Amerika sebesar 405,7 juta dolar AS (sekitar Rp 5,8 triliun), 60 persen lebih dari total pendapatan Crocs untuk kuartal tersebut. Saham naik sebanyak 13,8 persen pada Kamis.

Crocs didirikan pada 2002 oleh tiga teman kuliah yang suka berlayar. Mereka menghadirkannya kepada konsumen sebagai sepatu perahu. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana pada 2006.

Crocs dengan cepat mendapatkan penggemar dari perawat dan pekerja lain yang terjebak berjam-jam untuk berdiri tegak, sebelum merek itu bertemu dengan para fashionista dan orang-orang yang terkenal. Termasuk di antara pemakainya adalah mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush, aktor Jack Nicholson, Whoopi Goldberg, John Cena, Shia LaBeouf, Jennifer Garner, hingga Sacha Baron Cohen.

Belakangan, Crocs secara agresif menargetkan Milenial dan Gen Z lewat kolaborasinya dengan selebritas. Pada Oktober 2020, pemenang Grammy Award, Justin Bieber bekerja sama dengan Crocs untuk sepatu edisi terbatas dengan harga 60 dolar AS (sekitar Rp 869 ribu).

Sebulan sebelumnya, rapper Bad Bunny berkolaborasi dengan jenama untuk sepasang edisi khusus yang terjual habis dalam 16 menit. Kolaborator lainnya adalah aktris Drew Barrymore dan rapper Post Malone.

Jerih payah membangun merek yang ekstensif adalah salah satu alasan Crocs mengajukan keluhan setebal 108 halaman kepada pengadilan Denver. Itu pula alasan Crocs layak mendapatkan semua keuntungan dari penjualan produk tiruan.

Crocs juga mendesak diterbitkannya perintah agar perusahaan yang digugat berhenti memasarkan produk palsu. Gugatan hukum serupa yang diajukan di Newark (New Jersey), Los Angeles (California), dan Chicago (Illinois).

"Penjualan sepatu tiruan oleh para terdakwa memiliki efek menipiskan kualitas khas merek dagang terdaftar Crocs serta menodai goodwill konsumen yang diasosiasikan dengan merek dagang terdaftar Crocs," tulis pengaduan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement