REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin akan mengunjungi Asia Tenggara pada pekan ini. Kunjungan Austin tersebut merupakan upaya untuk memperkuat hubungan AS dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan menggalang dukungan untuk melawan China.
Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Joe Biden menyebut persaingan dengan Beijing sebagai ujian geopolitik terbesar abad ini. Negara-negara Asia Tenggara masih menanti rincian strategi Biden serta rencana spesifiknya untuk keterlibatan ekonomi, perdagangan dan militer dengan Indo-Pasifik.
"Anda akan mendengar saya berbicara banyak tentang kemitraan dan nilai kemitraan. Tujuan saya adalah untuk memperkuat hubungan," kata Austin.
Austin dijadwalkan memberikan pidato utama di Singapura pada Selasa (27/7). Dia juga akan melakukan pertemuan di Vietnam dan Filipina.
Dalam pidatonya, Austin kemungkinan akan menyoroti perilaku agresif China di Laut Cina Selatan. Dia juga akan menekankan pentingnya menjaga kawasan yang lebih luas bebas dan terbuka.
Para ahli mengatakan, kehadiran Austin sangat penting untuk memperjelas bahwa Asia Tenggara adalah komponen penting dalam upaya Biden untuk menghadapi tantangan China. “Pemerintah memahami bahwa kawasan ini sangat penting, jadi itu sebagian besar: muncul begitu saja,” kata rekan senior untuk Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, Gregory Poling.
Prioritas Austin di Filipina adalah memperbarui perjanjian yang mengatur kehadiran pasukan AS di negara tersebut. Hal ini merupakan kepentingan strategis AS yang vital. Batas waktu untuk berakhirnya perjanjian tersebut telah diperpanjang beberapa kali.
Analis mengatakan, Austin perlu mencapai keseimbangan antara menekankan ancaman China, dan memperjelas bahwa Washington melihat Asia Tenggara lebih dari sekadar teater militer.
Seorang diplomat Asia yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, pemerintahan Biden saat ini mengarahkan fokusnya lebih tegas pada Asia setelah menangani masalah global lainnya, seperti hubungan dengan Rusia dan Eropa. Sejauh ini pemerintahan Biden telah menggalang sekutu dan mitra untuk membentuk front persatuan melawan kebijakan ekonomi dan luar negeri China.
Pentagon telah menyelesaikan studi tentang kebijakan China. Austin telah mengeluarkan arahan internal yang menyerukan beberapa inisiatif.
Mantan wakil asisten menteri pertahanan untuk Asia Timur, Abraham Denmark, mengatakan, Washington telah menyatakan semua hal yang benar tentang persaingan dengan China. Tetapi ada pertanyaan tentang bagaimana hal itu dapat diimplementasikan menjadi tindakan dan investasi.
"Masih belum jelas seperti apa bentuknya dalam hal anggaran kami, dalam hal postur kekuatan kami, dalam hal investasi kami dalam diplomasi dan infrastruktur," kata Denmark.