REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyatakan, memasuki tahun kedua pandemi, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih menghadapi tantangan tidak biasa. Terutama UMKM yang bergerak di sektor makanan dan minuman, pariwisata, serta transportasi.
"Itu karena terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dan mengurangi kegiatan di luar. Maka perlu dilakukan kolaborasi dari berbagai pihak untuk lahirkan upaya-upaya luar biasa dalam ciptakan iklim usaha bagi UMKM di tengah keterbatasan," ujarnya dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Koperasi UKM dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait Koordinasi Pelaksana Tugas dan Wewenang di Bidang Pengawasan Kemitraan, yang disiarkan secara virtual, Senin (26/7).
Teten melanjutkan, agar dapat berkembang, UMKM harus belajar dari banyak pengalaman lalu bermitra dengan perusahaan besar. Faktanya, survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, sekitar 93 persen UMKM tidak menjalin kemitraan dengan usaha besar.
"Padahal bermitra dengan usaha besar bisa menghadirkan kesempatan perluas pasar dan meningkatkan produksi. Produk UMKM kita selalu kalah saing, baik online maupun offline, karena kapasitas produksi rendah, daya saing pun rendah," jelas dia.
Ke depannya, kata Teten, Kemenkop akan siapkan UMKM masuk dalam rantai pasok. "Kalau lihat kenapa UMKM di Cina, Korsel, Jepang sudah masuk produk teknologi mereka besar size-nya karena mereka produksi barang-barang rantai pasok kebutuhan industri nasional," jelasnya.
Langkah itu menurutnya penting, sehingga UMKM tidak hanya membuat produk kerupuk, keripik, atau dodol. Melainkan mampu memproduksi berbagai komponen industri makanan, otomotif, elektronik, dan lainnya.
"Kalau usaha (UMKM) berkembang, kita menghindari yang kecil ini jangan sampai dicaplok usaha besar," tegas Teten. Maka, kata dia, diperlukan pengawasan dari KPPU.