REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengatakan stok oksigen saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar tujuh hari. "Memang daya tahannya itu tinggal tujuh hari, tepatnya tujuh hari enam jam untuk se-Kalimantan Tengah," katanya di Palangka Raya, Senin (26/7).
Namun pada Senin ini, ia memperkirakan ada tambahan masuk dari pihak penyalur atau distributor. Ia juga sudah melaporkan kepada pimpinan, agar perusahaan tambang, peleburan emas hingga besi yang memiliki persediaan oksigen, bisa dipinjam terlebih dahulu.
"Sangat berisiko kalau sampai kehabisan oksigen, karena kebutuhan oksigen terkait penanganan COVID-19 ini begitu luar biasa," tegasnya.
Suyuti menjabarkan, jika rata-rata penyakit biasa hanya menghabiskan 4-5 liter per menit, maka kalau pasien COVID-19 ada yang bahkan sampai 48 liter per menit sehingga tentu akan cepat habis. Ia mengatakan, fasilitas kesehatan di Kalimantan Tengah sudah ada yang mengalami kesulitan terkait pemenuhan kebutuhan oksigen ini, tapi bisa diatasi dengan saling meminjam.
Misalnya ada rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang persediaannya masih banyak, maka bisa meminjamkannya terlebih dahulu ke fasilitas kesehatan lainnya yang kekurangan. "Namun yang menjadi problem adalah rumah sakit yang sendirian di suatu kabupaten," jelas Suyuti.
Untuk itu, Dinkes Kalteng terus berupaya menangani permasalahan ini melalui berbagai cara, diantaranya dengan mendesak pihak distributor oksigen agar mampu menambah kuota. Pemprov Kalteng pun sudah menyurati kepada berbagai sejumlah kementerian terkait kondisi tersebut, sehingga diharapkan bisa mendapatkan dukungan untuk bisa mengatasinya.
"Saya sendiri sudah menyampaikan tembusan surat itu ke Sekjen Kemenkes dan informasinya direspon untuk segera dikoordinasikan," paparnya usai mengikuti rapat koordinasi penanganan COVID-19 yang dipimpin Gubernur Kalteng Sugianto Sabran.
Suyuti berharap agar dalam waktu dekat segera mendapat tambahan lagi guna memenuhi kebutuhan oksigen khususnya dalam penanganan kasus COVID-19.