Senin 26 Jul 2021 17:05 WIB

Gas Metana Misterius Ditemukan di Enceladus

Data Cassini menemukan adanya metana di Enceladus, Bulan-nya Saturnus.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Enceladus
Enceladus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menemukan gas metana misterius yang terdeteksi di Enceladus, bulan di Saturnus. Penelitian lebih lanjut tengah dilakukan untuk menganalisis apakah sumber gas ini merupakan bentuk dari kehidupan atau ada penjelasan lainnya. 

Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of Arizona dan Paris Sciences & Lettres University melihat data komposisi dari gumpalan air yang meletus di Enceladus. Bahan kimia yang ditemukan oleh pesawat ruang angkasa Cassini menunjukkan konsentrasi tinggi molekul yang telah dikaitkan dengan ventilasi hidrotermal di dasar lautan Bumi. 

Baca Juga

Ventilasi semacam itu adalah tempat lahir potensial kehidupan di Bumi, menurut penelitian sebelumnya. Data dari pesawat ruang angkasa Badan Antariksa Amerika (NASA), Cassini yang telah mempelajari Saturnus setelah memasuki orbit planet ini pada 2004 mengungkap adanya molekul hidrogen (dihidrogen), metana, dan karbon dioksida, dengan jumlah metana yang menjadi perhatian khusus para ilmuwan.

"Kami ingin tahu, dapatkah mikroba mirip Bumi yang 'memakan' dihidrogen dan menghasilkan metana menjelaskan jumlah metana yang terdeteksi oleh Cassini secara mengejutkan?" ujar salah satu penulis utama studi Régis Ferrière, seorang profesor di departemen Ekologi dan Biologi Evolusi di University of Arizona, dilansir Big Think, Senin (26/7).

Ventilasi hidrotermal bumi menampilkan mikroorganisme yang menggunakan dihidrogen untuk energi, menciptakan metana dari karbon dioksida melalui proses metanogenesis. Pencarian mikroorganisme yang dikenal sebagai metanogen di dasar laut Enceladus belum layak dilakukan. 

Kemungkinan, itu akan membutuhkan operasi penyelaman dalam yang sangat canggih yang akan menjadi tujuan misi masa depan. Karena itu, tim Ferrière mengambil pendekatan yang lebih tersedia untuk menunjukkan dengan tepat asal-usul metana, menciptakan model matematika yang mencoba menjelaskan data dari Cassini.

Para peneliti ingin menghitung kemungkinan bahwa proses tertentu bertanggung jawab untuk menghasilkan jumlah metana yang diamati.. Sebagai contoh, apakah metana lebih mungkin dihasilkan dari proses biologis atau non-biologis.

Dari sana, para peneliti menemukan bahwa data dari Cassini konsisten dengan aktivitas mikroba di lubang hidrotermal atau proses yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan tetapi bisa sangat berbeda dari apa yang terjadi di Bumi. Menariknya, model yang tidak melibatkan entitas biologis tampaknya tidak menghasilkan cukup gas.

"Jelas, kami tidak menyimpulkan bahwa kehidupan ada di lautan Enceladus. Sebaliknya, kami ingin memahami seberapa besar kemungkinan lubang hidrotermal Enceladus dapat dihuni oleh mikroorganisme mirip Bumi,” jelas Ferrière.

Namun, para ilmuwan berpikir misi masa depan diperlukan untuk membuktikan atau membuang hipotesis potensi kehidupan di Enceladus. Salah satu penjelasan untuk metana yang tidak melibatkan organisme biologis adalah bahwa gas tersebut merupakan hasil pemecahan kimia bahan organik primordial di dalam inti bulan Saturnus tersebut. 

Hal ini bisa menjadi bagian dari Enceladus, dari komet yang kaya bahan organik. Studi ini dipublikasikan di Nature Astronomy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement