Jumat 30 Jul 2021 07:52 WIB

China Bantah Tolak Penyelidikan Asal-Usul Covid Fase Kedua

China mengajukan proposal alternatif untuk penyelidikan asal-usul Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera China. China membantah laporan yang menyebutnya menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan asal-usul Covid-19 fase kedua.
Foto: ABC News
Bendera China. China membantah laporan yang menyebutnya menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan asal-usul Covid-19 fase kedua.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China membantah laporan yang menyebutnya menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan asal-usul Covid-19 fase kedua. Beijing mengatakan telah mengajukan proposal alternatif jika hal itu hendak dilakukan.

 

Baca Juga

“Pertama, saya ingin menekankan bahwa rencana (penyelidikan asal-usul Covid-19 fase kedua) ini diajukan secara sepihak oleh Sekretariat WHO tanpa mendapatkan persetujuan dari semua negara anggota,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Zhao Lijian dalam pengarahan pers pada Kamis (29/7), dikutip laman resmi Kemlu China.

 

Dia menekankan WHO dipimpin negara-negara anggota. Perihal rencana penyelidikan asal-usul Covid-19 fase kedua, Sekretariat WHO mengajukan rancangannya ke para anggota untuk didiskusikan. “Mandat Sekretariat adalah memberikan kemudahan bagi negara-negara anggota untuk melakukan konsultasi penuh dan mencapai konsensus. Ia tidak berhak mengambil keputusan sendiri,” ucapnya.

 

Zhao mengungkapkan, sepengetahuannya, sebelum Sekretariat WHO mengedarkan rencananya, para ahli China, dengan maksud mendukung studi asal-usul Covid-19 fase berikutnya, telah mengajukan proposal kepada WHO. Proposal didasarkan pada hasil penyelidikan tahap pertama. “Rencana China adalah solusi berbasis sains dan profesional yang telah diuji dalam praktik,” ujarnya.

Ada beberapa poin yang tercantum dalam proposal China. Pertama, penyelidikan asal-usul Covid-19 tahap kedua harus dipandu resolusi Majelis Kesehatan Dunia (WHA). Kedua, studi terbaru tidak boleh mengulangi apa yang telah dilakukan pada fase sebelumnya. “Secara khusus, laporan studi bersama WHO-China telah menyatakan dengan jelas bahwa ‘laboratorium sebagai asal pandemi dianggap sangat tidak mungkin’,” kata Zhao.

Ketiga, praktik, mekanisme, dan pendekatan yang digunakan pada tahap pertama harus ditarik untuk melakukan studi lebih lanjut secara tertib dan lancar. “Harus ada penilaian dan analisis hasil penelitian yang ada serta bukti baru. Wilayah yang akan dicakup tahap kedua dan rencana kerja harus ditentukan setelah penilaian komprehensif berdasarkan bukti penelitian terbuka,” ucap Zhao.

Keempat, tim ahli harus disusun berdasarkan susunan tim tahap pertama dengan penuh penghormatan atas keahlian, reputasi internasional, dan pengalaman praktis mereka. Tenaga ahli tambahan dari bidang lain dapat ditambahkan ke tim asli dengan cara yang sesuai jika memang diperlukan. “Ini tidak hanya akan membantu menjaga kesinambungan penelitian tetapi juga memastikan otoritas dan ketidakberpihakan dari fase studi berikutnya,” kata Zhao.

 

Dia menekankan bahwa studi asal-usul Covid-19 adalah masalah sains serius. “Kami dengan tegas menolak penelusuran asal berdasarkan politik. Mengenai studi asal-usul yang benar-benar berbasis sains, kami telah mengambil bagian aktif di dalamnya dan akan terus melakukannya,” ucapnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement