Selasa 03 Aug 2021 20:01 WIB

Studi: Efek Samping Pfizer Jarang Ditemukan pada Remaja

Efek samping serius dari vaksin Pfizer ternyata jarang ditemukan pada remaja.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Efek samping serius dari vaksin Pfizer ternyata jarang ditemukan pada remaja.
Foto: AP/Vincent Thian
Efek samping serius dari vaksin Pfizer ternyata jarang ditemukan pada remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat kesehatan AS memiliki beberapa berita yang meyakinkan tentang keamanan vaksin Covid 19 pada kaum muda. Di antara jutaan remaja AS yang telah menerima suntikan Pfizer, ternyata efek samping yang serius jarang terjadi.

Pada 16 Juli, hampir 9 juta remaja berusia 12 hingga 17 tahun telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Vaksin ini menjadi satu-satunya yang diperbolehkan untuk kelompok usia tersebut.

Baca Juga

Di antara sekitar 9.240 efek samping yang dilaporkan, 91 persen adalah efek samping ringan, seperti nyeri di dekat tempat vaksinasi. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, ada sembilan persen efek samping serius, dan empat persen masalah jantung (miokarditis).

"Reaksi lokal dan sistemis umum terjadi pada remaja yang mengikuti vaksin Pfizer-BioNTech, terutama setelah dosis kedua. Namun, efek samping yang serius setelah vaksinasi Covid 19 jarang terjadi," kata penulis utama laporan tersebut, Anne Hause, ahli epidemiologi CDC seperti dilansir dari laman UPI, Selasa (3/8).

Miokarditis adalah salah satu efek samping parah yang paling umum dilaporkan. Ini adalah peradangan otot jantung yang dapat mempengaruhi sistem kelistrikan jantung, mengurangi kemampuan memompanya dan menyebabkan ritme yang cepat atau tidak normal.

Miokarditis biasanya disebabkan oleh infeksi virus, seperti Covid 19 tetapi juga dapat menjadi reaksi terhadap obat. Tanda dan gejala yang dilaporkan, termasuk nyeri dada, kelelahan, sesak napas dan aritmia, atau irama jantung yang tidak normal.

Meskipun hubungan ini mungkin terdengar mengkhawatirkan, para ahli CDC terus menekankan manfaat vaksinasi untuk semua orang yang berusia 12 tahun ke atas. Sementara, vaksin belum disetujui untuk anak-anak yang lebih muda.

"Mendapatkan vaksinasi lebih baik daripada mendapatkan Covid 19," kata Hause.

Manfaat vaksinasi dalam mencegah Covid 19 dan komplikasinya terus lebih besar daripada potensi risiko efek samping yang jarang dilaporkan setelah vaksinasi. Pekan lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan di server pracetak medRxiv menemukan bahwa remaja berisiko lebih besar terkena peradangan jantung setelah mendapatkan vaksin Covid-19 itu sendiri daripada dari vaksin.

Para peneliti mengamati tingkat peradangan jantung pada sekitar 14 ribu remaja yang didiagnosis dengan Covid-19 dan dalam jumlah yang sama pada remaja yang divaksinasi yang melaporkan efek samping. Mereka menemukan risiko radang jantung 21 kali lebih tinggi di antara anak perempuan dengan Covid-19. Sementara, sekitar enam kali lebih tinggi di antara anak laki-laki dengan Covid-19 dibandingkan dengan kelompok vaksinasi.

"Vaksinasi anak usia 12 hingga 17 tahun tetap menjadi pilihan yang lebih aman untuk kelompok usia ini dan akan mengurangi gangguan sekolah dan penularan ke orang lain," kata Mendel Singer, wakil ketua pendidikan di Case Western Reserve University School of Medicine di Cleveland dan co-penulis studi medRxiv.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement