Selasa 17 Aug 2021 18:53 WIB

Akankah Taliban Lepas dari Mulut Harimau Masuk Mulut Buaya?

Masa depan Afghansitan dan Taliban

Red: Muhammad Subarkah
 Seorang pejuang Taliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. Militer AS telah mengambil alih wilayah udara Afghanistan saat berjuang untuk mengelola evakuasi yang kacau setelah Taliban masuk ke ibu kota.
Foto: AP/Rahmat Gul
Seorang pejuang Taliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. Militer AS telah mengambil alih wilayah udara Afghanistan saat berjuang untuk mengelola evakuasi yang kacau setelah Taliban masuk ke ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH dr Anwar Abbas, Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Umum MUI.

AkhirnyaThaliban  berhasil merebut kekuasannya kembali setelah diambil alih oleh Amerika yang semula  adalah sekutunya dalam mengusir tentara Uni Sovyet.

Tapi begitu Uni Sovyet angkat kaki dari bumi Afghanistan Amerika mulai menggerogoti kekuasan Thaliban dan membentuk citra buruk tentang rezim  tersebut, Lalu Amerika menuduh mereka tidak mengindahkan HAM dan  sebagai  sarang  teroris yang sangat-sangat  merugikan nama baik Thaliban. 

Apalagi dengan peristiwa 11 September 2001 yang mengerikan itu  dimana  sebuah pesawat ditabrakkan oleh pilotnya ke sebuah gedung pencakar langit di New York yang mengakibatkan gedung itu hancur berkeping-keping. AS lalu menuduh Osamah bin Laden dan rezim Thaliban sebagai otak dan dalangnya.

Padahal osamah bin laden adalah  seorang pengusaha kaya  yang telah diajak oleh Amerika untuk membiayai pengusiran Uni Sovyet. Tetapi begitu tujuan amerika tercapai dan Uni Sovyet hengkang dari Afghanistan, Osamah bin laden langsung dimusuhi dan dikejar-kejar oleh Amerika sehingga praktis  dengan demikian rezim yang berkuasa dikabul yang dipegang oleh Hamid Karzai uan menjadi rezim boneka dari Amerika.

Tetapi Thaliban tidak menyerah dan mereka melakukan perang gerilya yang sangat merepotkan Amerika. Bahkan tidak hanya secara militer tapi juga secara financial dimana selama dua dekade tersebut Amerika telah menghabiskan anggarannya lebih dari US$ 1Trilliun. Alhasil, setelah 20 tahun berlalu Presiden Donald Trump kemudian  dilanjutkan oleh Joe Biden setelah bernegosiasi dengan Thaliban  memutuskan untuk  menarik pasukannya secara total dari afghanistan. Penarikan itu selambat-lambatnya tanggal 31 Agustus 2021.

Baca juga : Taliban Umumkan Amnesti dan Minta Warga Kembali Bekerja

Tapi sekitar dua minggu sebelum tenggat waktu tersebut Thaliban sudah bisa merebut ibukota kabul dan merebut kekuasan sehingga presidennya terpaksa melarikan diri ke luar negeri. Satu hal yang sangat penting untuk kita kemukakan disini adalah  begitu mereka berhasil menumbangkan rezim boneka tersebut penguasa Thaliban dengan cerdik memberikan penjelasan kepada dunia bahwa mereka akan menghormati HAM dan  memberikan kebebasan kepada perempuan untuk bergerak dan beraktifitas asal mereka memakai hijab.

Hal ini tentu saja telah berhasil membuat simpati dunia sehingga kesan buruk tentang Thaliban selama ini mulai terkikis secara signifikan. China sebagai negara yang bertetangga dengannya dengan cerdik sekali memanfaatkan situasi yang ada  dimana pemerintah china menyatakan dirinya siap untuk bekerjasama dengan rezim Thaliban.

Hal ini tentu saja akan di sambut baik oleh pemerintah Thaliban karena mereka yakin memang tidak akan ada negara-negara maju di dunia sekarang ini yang akan bisa membantu mereka bagi memulihkan ekonomi negara mereka yang sudah hancur lebur  tersebut, kecuali hanya China yang memang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia saat ini.

Tetapi kalau Thaliban tidak berhati-hati dalam menjalin kerjasama maka lewat kekuatan kapitalnya pemerintah China tentu akan bisa menjepit rezim Thaliban lewat jebakan hutangnya (debt trap). Sehingga tidak mustahil nasib buruk akan terulang kembali. Layaknya peribahasa: lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut buaya. Maka situai ini tidak mustahil akan bisa menimpa mereka.

Dan itu tentu saja tidak kita inginkan karena kita berharap Afghanistan akan bisa menjadi sebuah negara  maju dan dihormati  serta benar-benar  berdaulat baik secara ekonomi maupun politik. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement