REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang terbesar olahraga di tanah air. Khusus gelaran tahun ini, Papua akan mencatatkan sejarahnya untuk kali pertama PON singgah di Bumi Cendrawasih.
Penyelenggaraan PON XX kali ini sebenarnya menjadi terasa istimewa. Datangnya pandemi Covid-19 telah membuat rencana penyelenggaraan PON yang harusnya digelar pada 2020, terpaksa diundur setahun berikutnya.
Di tengah negeri ini sedang berjuang untuk bangkit melawan Covid-19, hadirnya PON Papua ini bisa menjadi momentum untuk meletupkan optimisme dan kepercayaan diri untuk menyatukan semangat bisa melewati pandemi yang sudah dua tahun berlangsung.
Selayaknya kegiatan olahraga pentas internasional semacam Piala Eropa 2020 dan Olimpiade 2020, hadirnya PON ini bisa menjadi kampanye positif dalam menyampaikan pesan bahwa Indonesia akan mampu melewati krisis yang telah ditimbulkan oleh pandemi ini.
Tentunya, olahraga diharapkan bisa menjadi katalisator untuk membawa negeri ini melewati terpaan Covid-19 yang telah melunglaikan seluruh sendi kehidupan dan ekonomi nasional.
Keberhasilan penyelenggaraan PON kelak memberikan pesan bahwa negeri ini sangat mampu untuk menata kehidupan barunya dengan hidup berdampingan bersama Covid-19. Sekali lagi, ikhtiar besar harus terus dijalankan untuk memastikan penyelenggaraan PON yang dijadwalkan berlangsung 2-15 Oktober nanti bisa berjalan lancar.
Hal penting lainnya yang dapat dimaknai dari penyelenggaraan PON Papua adalah kegiatan ini memberikan pula pesan politis. Sejak kali pertama digelar pada 1948 di Solo, Jawa Tengah, terpilihnya Papua sebagai tuan rumah kegiatan multievent olahraga tingkat nasional ini menjadi momentum untuk mewujudkan slogan populer Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagai salah satu provinsi di timur Indonesia, Papua hingga kini masih saja diwarnai dengan isu disintegrasi maupun diskriminasi. Dalam konteks disintegrasi, masih cukup sering terdengar kabar betapa konflik masih saja terjadi antara anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kelompok separatis — pemerintah penyebutnya sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Konflik ini Sudah menimbulkan korban jiwa dari kedua pihak. Tokoh Papua yang tak suka dengan Indonesia juga masih suka melakukan provokasi, baik di dalam maupun di luar negeri dengan tujuan supaya bumi Papua terlepas dari pangkuan ibu Pertiwi.
Di sinilah makna utama dari hadirnya PON di Papua kali ini. Sejatinya, kegiatan PON ini membawa pesan bahwa orang-orang Papua juga masih menginginkan integrasinya dengan NKRI.
Di sinilah PON menjadi momentum untuk menyatukan semua stakeholders di Papua untuk tetap bersatu. Para pejabat, pemimpin adat dan juga masyarakat harus saling bahu membahu mensukseskan hajat besar ini.
Kepercayaan daerah lain terhadap Papua ini sudah selayaknya dijawab dengan kesuksesan penyelenggaraan.
Sekali lagi, inilah momentum yang baik bagi Papua untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bekerja bersama. Perbedaan pendapat tentu hal yang wajar terjadi. Tapi lebih terpenting Adalah bagaimana merawat persatuan diantara berbagai elemen yang ada di Papua melalui medium olahraga.
Semua masyarakat Papua, sekecil apapun perannya, harus terlibat demi menjawab kepercayaan besar ini. Yang bisa menjadi relawan ataupun volunteer PON, jadilah relawan yang baik. Bagi yang belum berkesempatan untuk terlibat langsung, masih banyak yang bisa dilakukan, yakni dengan menjadi tuan rumah yang baik bagi para tamu yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketika semua harapan itu bisa terwujud, rasanya untuk mengejar target berikutnya menjadikan Papua sebagai destinasi wisata yang ramah kelak bisa diraih. Jadi, mari kita bersatu untuk menyukseskan PON Papua. Untuk bisa mewujudkannya maka perlu ada dukungan dari semua atlet, ofisial, penonton, dan kita semua rakyat Indonesia. Ayo bersatu!