Kamis 26 Aug 2021 17:52 WIB

Periode Paling Berbahaya Seseorang Tularkan Covid-19

Individu tanpa gejala lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Periode paling berbahaya seseorang menularkan Covid-19 (ilustrasi).
Foto: AP/Koji Sasahara
Periode paling berbahaya seseorang menularkan Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 kini menjadi penyakit yang sangat menular. Penyebaran cepat virus corona di seluruh dunia hampir dua tahun lalu menjadi buktinya.

Sejak itu, Anda telah melihat bagaimana gelombang kedua pandemi di India menyebabkan kesengsaraan yang tak terhitung bagi jutaan orang. Dilansir laman Health Site, Kamis (26/8), virus ini tumbuh subur di daerah berpenduduk padat. Tapi kemudian, negara-negara berpenduduk jarang juga terkena dampak pandemi. 

Penularan virus penyebab Covid-19 tidak bisa diremehkan. Yang tidak begitu jelas sampai sekarang adalah bagaimana orang yang terinfeksi menyebarkan virus. Atau lebih tepatnya, kapan dan sejauh mana, orang yang terinfeksi virus paling mungkin menyebarkannya ke orang lain. 

Sebuah penelitian di Boston University mengatakan orang yang memiliki penyakit ini paling menular dua hari sebelum dan tiga hari setelah gejala muncul. Studi ini dipublikasikan di Jurnal Penyakit Dalam JAMA, berikut penjelasannya: 

Waktu paparan itu penting

Menurut peneliti studi ini, jika seseorang mendapat virus dari orang yang terinfeksi, mereka juga cenderung tanpa gejala jika orang yang terinfeksi pertama dalam wabah juga tidak menunjukkan gejala. Mereka mengatakan, waktu paparan relatif terhadap gejala kasus primer penting untuk penularan. Mereka lebih lanjut menambahkan bahwa pemahaman ini menunjukkan bahwa pengujian dan isolasi yang cepat dari orang yang sakit sangat penting untuk mengendalikan pandemi.

Menelusuri transmisi kontak kasus primer

Untuk tujuan penelitian, tim peneliti melacak dan mempelajari penularan Covid-19 di antara sekitar 9.000 kontak dekat kasus primer di provinsi Zhejiang China dari Januari 2020 hingga Agustus 2020. Di antara kontak dekat yang dilacak oleh para peneliti adalah individu yang tinggal di rumah tangga yang sama atau makan bersama, rekan kerja, petugas kesehatan, dan orang yang berbagi kendaraan dengan orang yang terinfeksi. 

Setelah dianalisis secara menyeluruh, peneliti melihat bahwa dari antara individu yang diidentifikasi sebagai kasus primer, peneliti melihat beberapa poin menarik terkait penularan. Yaitu sebanyak 89 persen mengalami gejala ringan atau sedang, dan 11 persen tidak menunjukkan gejala. Tidak ada yang mengalami gejala parah.

Anggota rumah tangga dari kasus primer dan orang yang terpapar kasus primer berkali-kali atau untuk jangka waktu yang lebih lama, memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi daripada kontak dekat lainnya.

Kontak dekat lebih rentan

Para peneliti mengatakan kontak dekat lebih mungkin untuk tertular virus dari individu yang terinfeksi, utamanya jika mereka terpapar sebelum atau setelah gejala muncul. Dibandingkan dengan individu bergejala ringan dan sedang, individu primer tanpa gejala jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus ke kontak dekat. Tapi jika mereka melakukannya, kontak juga cenderung mengalami gejala yang nyata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement