REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Pulungan SpA(K), mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai multisystem inflammatory syndrome in Children (MIS-C). Sindrom peradangan multisistem pada anak ini perlu dipahami oleh orang tua, maupun orang-orang yang berada di lingkungan sekitar anak.
MIS-C adalah kelainan hiperinflamasi dengan keterlibatan multiorgan pada anak positif Covid-19. Sindrom ini ditandai dengan demam selama lebih dari tiga hari dan ada dua gejala penyerta, yaitu ruam, konjungtivitis bilateral nonpurulen (infeksi mata), atau tanda inflamasi mukokutan pada bagian mulut, tangan, dan kaki.
Aman mengatakan, adanya hipotensi atau syok, tanda-tanda disfungsi miokardium (sel otot jantung), perikarditis (radang kantong pelapis jantung), vaskulitis (radang pembuluh darah), atau abnormalitas koroner, koagulopati (gangguan pembekuan darah), dan masalah gastrointestinal akut seperti diare, muntah, dan nyeri perut dapat menjadi gejala MIS-C. Selain itu, MIS-C juga ditandai dengan peningkatan penanda inflamasi, seperti laju endap darah (LED), C-Reaktif Protein (CRP), dan prokalsitonin, tanpa adanya penyebab inflamasi lain.
MIS-C dapat terjadi saat seorang anak terbukti pernah positif Covid-19. Menurut Aman, hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab MIS-C. Namun, ini diduga merupakan respons imun yang berlebihan terhadap infeksi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Reaksi imun yang timbul menyebabkan produksi sitokin dalam jumlah besar di dalam tubuh, sehingga inflamasi dapat terjadi dalam berbagai anggota tubuh, seperti jantung, paru-paru, otak, sistem pencernaan, ginjal, dan lainnya. Persoalannya, menurut Aman, MIS-C tidak dapat dicegah.