REPUBLIKA.CO.ID, – Tidak seperti Imam Muslim yang mengkhususkan kitab Al-Tamyiz untuk mengemukakan metode penilaiannya terhadap hadits-hadits, dalam hal ini Imam Bukhari tidak memiliki satu kitab pun yang spesifik membahas gagasan dan ide-idenya secara runtut mengenai metode penilaiannya terhadap hadits.
Mohammad Nabiel dalam buku Al-Bukhari dan Metode Kritik Hadits menjelaskan bahwa yang ada dari Imam Bukhari hanyalah ide-ide yang berserakan di berbagai karyanya dan karya murid-muridnya seperti Imam At Tirmidzi, Imam Muslim, dan dalam beberapa karya yang menulis tentangnya seperti yang tersebar dalam buku-buku Musthalah Hadits kalangan ulama mutaakhirin (generasi masa kini setelah salaf).
Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa Imam Bukhari tidak memiliki metode tersendiri dalam menyeleksi hadits-hadits yang diriwayatkan dari guru-gurunya.
Telaah atas beberapa rujukan primer dan sekunder tentang metode Imam Bukhari dalam men-shahih-kan dan mencari illat sebuah hadits menunjukkan adanya metode tersendiri yang dimiliki Imam Bukhari.
Poin-poin penting berikut ini merupakan ulasan atas pemikiran Imam Bukhari tentang hadits, penggunaan istilah dalam penilaian, hingga metode penyeleksian dan lain-lain.
Pertama, penggunaan istilah hasan dan sahih dalam penilaian hadits. Penggunaan istilah ini merujuk pada validitas sebuah hadis yang sangat penting dalam pemikiran Imam Bukhari mengenai hadits.
Kedua, penggunaan istilah-istilah al-jarh wa at-ta’dil. Yakni untuk mengetahui lafaz yang digunakan Imam Bukhari dalam men-jarh dan men-ta’dil. Ketiga, relasi al-jarh dengan penilaian validitas sebuah hadits. Keempat, menilai hadits berdasarkan variabel illat.