REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam Konferensi Berlin Questions radio The Urbanist Kamis (19/8) lalu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membanggakan kondisi Jakarta berkenaan dengan perubahan iklim. Menurutnya, selama penanganan pandemi berlangsung, jumlah pengendara sepeda meningkat 10 kali lipat di DKI.
"Ketika Anda melihat jalan kita saat ini benar-benar berbeda dari dua tahun lalu," ujar dia melalui saat itu dikutip akun YouTube Pemprov DKI, Senin (30/8).
Tak hanya itu, perbaikan cuaca saat pandemi juga diakuinya berdasarkan adanya langit biru yang tampak di Jakarta. Padahal, sebelum-sebelumnya fenomena itu merupakan kejadian langka di Jakarta.
"Dan kemudian selama pandemi dengan pembatasan mobilitas, tiba-tiba langit biru bukanlah sesuatu yang hanya bisa Anda tonton di film, tetapi anda benar-benar dapat memotret kota Anda," katanya.
Dia melanjutkan, dengan adanya langkah yang baik dan kondisi yang mendukung sebagai latar belakang, hal itu memberi DKI kesempatan. Utamanya, untuk mengkampanyekan proyek langit biru, mengurangi emisi dan kemudian mempromosikan gaya hidup berorientasi hijau.
Dalam acara itu, Anies berbicara di hadapan pimpinan daerah dari berbagai negara. Mulai dari Wali Kota Istanbul hingga Wakil Wali Kota Warsawa.
Sebelumnya, pada awal Agustus, Anies juga sempat berbincang dengan Wali Kota London, Sadiq Khan menyoal krisis iklim.
Melalui akun resmi Instagram-nya, Anies dan Khan menjelaskan pembicaraan krisis iklim. Tujuannya, agar Jakarta bisa mengatasi krisis dengan menjadi kota berketahanan dan nol emisi.
Lebih jauh, dalam mendukung perbaikan aksi perbaikan kualitas udara Jakarta sesuai instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang pengendalian kualitas udara, DKI mengeluarkan tujuh rencana aksi perbaikan kualitas udara Jakarta.
Dikatakannya, aksi pertama adalah memastikan tidak ada angkutan umum berusia di atas sepuluh tahun dan lulus uji emisi. Sedangkan aksi kedua, mendorong partisipasi warga dalam pengendalian kualitas udara melalui perluasan kebijakan ganjil genap hingga penerapan kebijakan congesting pricing.
Aksi ketiga, dilakukan dengan memperketat ketentuan uji emisi bagi seluruh kendaraan pribadi pada tahun 2019 dan memastikan tidak ada kendaraan lebih dari 10 tahun. Keempat, mendorong ke moda transportasi umum.
Aksi kelima, memperketat pengendalian terhadap sumber penghasil polutan tidak bergerak. Keenam, mengoptimalisasikan penghijauan pada sarana dan prasarana publik dengan mengadakan tanaman berdaya. Terakhir, merintis peralihan ke energi terbarukan.