REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perum DAMRI saat ini sudah mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) 2022 ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 31 Maret 2021 sebesar Rp 500 miliar dan rencananya yang akan turun sebesar Rp 250 miliar. Direktur Utama Perum DAMRI Setia N Milatia Moemin mengatakan, jika PMN tersebut diberikan maka akan digunakan untuk penguatan modal perusahaan dan peningkatan proses bisnis.
"Jadi supaya kita bisa berkontribusi lebih banyak lagi bagi pembangunan ekonomi di seluruh Indonesia," kata Milatia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kimisi VI DPR, Kamis (2/9).
Dia menjelaskan, jika dilihat dari dukungan PMN 2022, Milatia mengharapkan akan memperkuat struktur modal dan organisasi Damri. Milatia menjelaskan, sejak 75 tahun Damri berdiri, PMN yang sudah diterima secara kumulatif hanya Rp 19 miliar."Jadi memang perkuatan ini kita butuhkan di luar dari hibah dalam bentuk bus dari Kementerian Perhubungan," tutur Milatia.
Untuk itu, Milatia menegaskan, Damri perlu memperkuat struktur modal dan organisasi Damri. Dalam proses tersebut, lanjut dia, terdapat penguatan modal usaha dan penatan fungsi kerja perusahaan.
"Kami juga akan melakukan penguatan bisnis perusahaan, meningkatkan inovasi pada semua lini bisnis, dan peningkatan kualitas dan kapasitas SDM," jelas Milatia.
Dia menambahkan, Damri juga sudah membuat perhitungan apabila PMN 2022 diberikan senilai Rp 250 miliar. Milatia mengatakan, PMN tersebut dapat membantu percepatan pemulihan dan menekan kerugian serta meningkatkan laba perusahaan.
"Apabila kami diberikan PMN sebesar Rp 250 miliar, kami membandingkan jika tidak ada PMN maka pemulihan kinerja perusahaan mengalami tantangan pada perbaikan kinerja keuangan," ungkap Milatia.
Jika DAMRi tidak dibantu PMN, saat pandemi Covid-19 selesai membuat perusahaan tidak siap menghadapi peningkatan demand penumpang. Misalnya, kata Milatia, jika trafik penumpang di bandara meningkat maka otomatis demand penumpang DAMRI juga naik.
"Untuk itu lah kami perlu siapkan sejak saat ini untuk memperbaiki sistem kontrol, evaluasi, dan command ke lapangan," jelas Milatia.
Terlebih, Milatia mengatakan, saat pandemi Covid-19, DAMRI mengalami perubahan bisnis akibat digitalisasi. Milatia mengatakan, terdapat beberapa fungsi di DAMRI yang harus diganti untuk menyesuaikan dengan kebutuhan digitalisasi.
Dia menambahkan, jika menggunakan PMN 2022 sebesar Rp 250 miliar dengan pendekatan konservatif dan terjadi penurunan kasus Covid-19 maka pertumbuhan pada 2022 bisa mencapai 40 persen. Selanjutnya pada 2023, Milatia memprediksi pertumbuhan yang dialami DAMRI bisa mencapai 67 persen."Lalu apa 2024 bisa pertumbuhannya mencapai 113 persen dan 2025 bisa mencapai 140 persen. Lalu pada 2026, ini fase kami harus meremajakan aset sehingga bisa turun 67 persen," ungkap Milatia.
Sebelumnya, DAMRI hingga semester I 2021 masih mencatat penurunan jumlah penumpang. Hal tersebut berdampak kepada perkembangan bisnis yang dialami Damri semenjak terdampak pandemi Covid-19. “Posisi sementara, sampai akhir semester I tahun ini, perusahaan masih dalam mencatatkan kerugian,” kata Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan Damri Sidik Pramono, Selasa (31/8).
Sidik menjelaskan, jumlah penumpang Damri pada semester I 2021 hanya sekitar 34 persen dari jumlah penumpang pada periode yang sama 2020. Sementara jika dibandingkan dengan jumlah penumpang pada semester I 2019 saat kondisi masih normal, Sidik mengatakan jumlah penumpang pada semester I 2021 hanya sekitar 15,3 persennya saja.
Sidik menuturkan, sektor transportasi darat merupakan salah satu bidang usaha paling terdampak akibat pandemi Covid-19. “Pembatasan kegiatan masyarakat dengan beragam kondisi sejak awal 2021 sangat mempengaruhi capaian kinerja perusahaan, baik pada sisi pergerakan armada, jumlah pelanggan pengguna, dan kemudian pada total pendapatan,” jelas Sidik.