Ahad 05 Sep 2021 05:23 WIB

Thailand: Hasil Positif dari Gabungan Sinovac-AstraZeneca

Vaksin Sinovac yang digabung AstraZeneca meningkatkan kekebalan imun

Red:
Vaksin Sinovac, AstraZeneca
Vaksin Sinovac, AstraZeneca

Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan vaksin COVID-19 Sinovac yang diikuti oleh AstraZeneca menunjukkan aman dan berhasil meningkatkan kekebalan di antara 1,5 juta warga pertama yang menerimanya.

Juli kemarin Thailand menjadi negara pertama di dunia yang mencampur vaksin buatan China dan vaksin yang dikembangkan Barat tersebut, ketika angka kasus dan kematian melonjak saat Pemerintah mereka berjuang mengamankan pasokan vaksin.

Ia mengatakan Thailand, yang telah memproduksi vaksin AstraZeneca, tidak akan lagi memberikan dua dosis CoronaVac dari Sinovac.

Hanya 13 persen dari 66 juta populasi Thailand yang telah divaksinasi dua dosis.

Sebagian besar dari 1,2 juta penularan dan 12.103 kematian akibat virus corona yang terjadi setelah April tahun ini disebabkan oleh varian Alpha dan Delta yang sangat menular.

Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan, kombinasi Sinovac-AstraZeneca meningkatkan kekebalan ke tingkat yang sama dengan dua suntikan AstraZeneca.

Artinya target vaksinasi di negara tersebut dapat diselesaikan lebih cepat karena jarak dua dosis yang lebih pendek.

Formula tersebut akan digunakan untuk sebagian besar vaksinasi di Thailand, kata Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat, Kiatiphum Wongrajit.

Dosis 'booster' akan diberikan kepada tiga juta orang yang telah menerima dua suntikan Sinovac, menggunakan jenis vaksin yang berbeda, kemungkinan di bulan September ini, kata menteri kesehatan Anutin Charnvirakul.

Efektivitas vaksin Sinovac sebelumnya sempat menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara tentang seberapa efektif menghadapi varian Delta.

Awal pekan ini, selama di bawah kecaman yang bertubi-tubi soal penanganan virus corona, Anutin meminta anggota parlemen untuk tidak mengkritik vaksin Sinovac, untuk melindungi warga Thailand dan menghindari hubungan yang rusak dengan China.

REUTERS

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement