REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dalam surah An-Nisa ayat 75 telah terabadikan permintaan orang-orang beriman meminta (berdoa) agar Allah SWT mengeluarkan mereka dari bumi Makkah. Pertanyaannya apakah permintaan itu sebagai bentuk kejenuhan terhadap tanah haram yang penuh berkah itu?
Prof Quraish Shihab menjelaskan, bahwa doa mereka itu bukan sebagai bentuk ketidak senang tinggal di bumi Makkah, akan tetapi bumi itu dipenuhi oleh orang-orang kafir.
"Doa ya Tuhan kami, keluarkan kami dari negeri ini, yakni Mekah" itu bukan karena tidak senang dengan kotanya. Betapa tidak senang, padahal Makkah adalah tumpah darah kami, tetapi karena kota itu dihuni dan dikuasai oleh orang yang zalim penduduknya," tulis Pro Quraish Shihab dalam tafsirnya Al Misbah.
Orang zalim itu adalah orang-orang musyrik yang berlaku aniaya terhadap Allah karena mempersekutukan dan mendurhakai-Nya, serta berlaku aniaya terhadap kaum Muslimin. Dan mereka tidak memberi kami kebebasan beragama, bahkan menyiksa kaum Muslimin dengan beragam penyiksaan.
"Karena itu, mereka berdoa ya Tuhan kami, berilah kami pelindung yang tidak lagi kami ketahui bagaimana caranya, kecuali bahwa ia datang dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau pula," katanya
Kata al-mustadh‘afina yang secara harfiah berarti orangorang yang diperlemah, dipahami oleh sementara ulama dalam arti orang-orang yang dianggap tidak berdaya oleh masyarakat, ketidak berdayaan yang telah mencapai batas akhir, sebagaimana dipahami dari penambahan huruf tadan sin. Ada juga yang memahami bahwa mereka tidak hanya dianggap tidak berdaya, tetapi mereka benar-benar tidak diberdayakan.
Yang dimaksud oleh ayat ini adalah kaum muslimin yang dilarang berhijrah ke Madinah berdasarkan perjanjian Hudaibiyah yang salah satu butirnya adalah: Penduduk Mekah (kaum muslimin) yang datang meminta perlindungan kepada Nabi Muhammad saw, harus dikembalikan kepada kaum musyrikin di Makkah, dan siapa pun yang meninggalkan Nabi Muhammad saw menuju Mekah, tidak harus dikembalikan ke Madinah.
"Ayat ini masih merupakan lanjutan ayat sebelumnya yang membakar semangat kaum muslimin untuk tampil berjuang membela kebenaran dan kaum lemah," katanya.
Dengan menggunakan gaya pertanyaan yang mengandung kecaman sekaligus penafian, ayat ini seakan akan berkata: Adakah alasan yang menghalangi kamu terus-menerus menghindar dari berjuang di jalan Allah, atau apakah yang menjadikan kamu tidak tampil berjuang untuk meraih ganjaran yang disebut pada ayat yang lalu? Sungguh tidak ada alasan.
Kalau demikian, mengapa kamu tidak mau terus-menerus berjuang di jalan yang mengantar kepada penegakan agama Allah dan perolehan ganjaranNya, dan berjuang membela keluarga, handai tolan, suku, putra putri “bangsa” kamu yang masih berada di Makkah dan yang merupakan orang-orang yang sangat lemah dan diperlemah atau dicabut dayanya oleh orang-orang kafir Makkah, baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang seagama dengan kamu dan semuanya selalu dan terus-menerus berdoa:
"Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang alim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau."