REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (8/9), ketika produsen-produsen di Teluk Meksiko Amerika Serikat masih berjuang untuk memulihkan operasi sekitar 10 hari setelah Badai Ida mendarat di wilayah tersebut. Sekitar 77 persen dari produksi Teluk AS masih offline pada Selasa (7/9), atau sekitar 1,4 juta barel per hari.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 91 sen atau 1,3 persen, menjadi ditutup pada 72,60 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober bertambah 95 sen atau 1,4 persen, menjadi menetap di 69,30 dolar AS per barel.
Produsen-produsen di Teluk masih berjuang untuk memulai kembali operasi setelah Badai Ida menyapu wilayah itu dengan angin kencang dan hujan lebat. Sekitar 77 persen dari produksi Teluk AS masih offline pada Selasa. Sekitar 17,5 juta barel minyak telah hilang ke pasar sejauh ini.
Sumur lepas pantai Teluk memberikan kontribusi sekitar 17 persen dari produksi minyak AS. "Operasi kilang tampaknya membuat pemulihan lebih cepat," kata analis ING dalam sebuah catatan.
Kapasitas sekitar 1 juta barel per hari ditutup sementara, turun dari puncaknya lebih dari 2 juta barel per hari, kata ING, mengutip laporan situasi terbaru dari Departemen Energi. "Harga minyak terus mendapat dukungan dari pemadaman produksi tinggi yang sedang berlangsung di Teluk Meksiko," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada Rabu.
Pedagang akan mengamati dengan cermat data persediaan dari kelompok industri American Petroleum Institute yang akan dirilis Rabu malam dan Badani Informasi Energi AS pada Kamis waktu setempat untuk gambaran yang lebih jelas tentang dampak badai pada produksi minyak mentah dan produksi kilang. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan, rata-rata, bahwa stok minyak mentah turun 3,8 juta barel dalam seminggu hingga 3 September, dan mereka mengantisipasi stok bensin turun 3,6 juta barel dan sulingan turun 3 juta barel.
Harga juga didukung karena pengunjuk rasa di Libya yang memblokir ekspor minyak di Es Sider dan Ras Lanuf, seorang insinyur minyak di masing-masing pelabuhan mengatakan, meskipun insinyur lainnya mengatakan produksi di ladang yang memasok terminal-terminal tidak terpengaruh.