Ahad 19 Sep 2021 00:21 WIB

Aktivis HAM Harap Konflik Papua tak Korbankan Warga Sipil

Perlakuan yang dialami tenaga kesehatan di Pegunungan Bintang tidak harus terjadi.

Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Sejumlah tenaga kesehatan korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) turun dari helikopter. Tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, menjadi korban penyerangan KKB.
Foto: ANTARA/Indrayadi TH
[Ilustrasi] Sejumlah tenaga kesehatan korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) turun dari helikopter. Tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, menjadi korban penyerangan KKB.

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Aktivis HAM Papua Theo Hesegem mengharapkan konflik antara TNI/Polri dan kelompok berseberangan tidak mengorbankan warga sipil seperti yang dialami tenaga kesehatan di Pegunungan Bintang. Theo Hesegem mengatakan, perlakuan yang dialami tenaga kesehatan itu tidak harus terjadi.

"Petugas kesehatan itu pekerja kemanusiaan, jadi mereka tidak harus diperlakukan secara tidak manusiawi. Kami tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini masyarakat sipil menjadi korban baik Papua maupun non-Papua," ucapnya di Wamena, Sabtu (18/9), 

Baca Juga

Warga sipil seperti petugas medis dan guru tidak harus diganggu oleh kedua pihak jika hendak baku tembak. "Kalau petugas medis yang diperlakukan begitu, pelayanan kesehatan akan terganggu karena petugas tidak akan tenang melayani masyarakat yang sakit di daerah tersebut," ujarnya.

Ia menyarankan TNI/Polri dan kelompok berseberangan baku tembak di tempat yang tidak ada masyarakat sipil. "Saya kadang bilang kalau mereka mau perang itu silakan karena mereka sama-sama mengandalkan senjata. Tapi mereka menentukan tempat yang tidak ada masyarakat sipil," katanya.

Selain menyampaikan turut berduka atas kematian tenaga kesehatan, Ia mengharapkan pemerintah membentuk tim untuk menginvestigasi kejadian itu. "Sebab sekarang ini ada dugaan, ada kelompok yang mengatakan ini perlakuan OPM, sedangkan kelompok lawan menyampaikan bahwa penembakan terjadi karena salah satu dokter keluarkan senjata. Tetapi saya tidak percaya pernyataan kedua pihak ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement