Perti: Masyarakat Jangan Sampai Terkotak-Kotak
Red: Fernan Rahadi
Anwar Sanusi (kiri) | Foto: ANTARA/ Reno Esnir
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Tidak hanya berbeda suku, tapi juga ras, budaya dan agama. Semua keberagaman tersebut harus dimaknai sebagai anugerah Tuhan yang patut dijaga dan dipahami bahwa keberagaman yang ada ini merupakan keniscayaan, bukan persoalan.
"Dengan perbedaan yang beraneka ragam ini, masyarakat bangsa ini jangan sampai terkotak-kotak, baik dalam pergaulan agama, pergaulan ras atau etnis," ujar Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) KH Anwar Sanusi, di Jakarta, Kamis (16/9).
Ia menjelaskan, dalam trilogi persaudaraan di kenal dengan nama ukhuwah wathaniyah yang bermakna persaudaraan sebangsa, di mana terdapat perbedaan ras, suku, budaya dan agama bukanlah lagi menjadi tembok pemisah. Menurutnya persaudaraan kebangsaan yang demikian ini harus didahulukan, mengingat hal ini sejalan dengan cita-cita para pendahulu bangsa yang ingin mempersatukan bangsa Indonesia.
"Masyarakat Indonesia yang utamanya pada hari ini adalah para generasi muda harus diajarkan sedari dini tentang apa itu yang namanya persatuan dan bagaimana membela kepentingan bangsa diatas segalanya baik melalui pendidikan formal maupun informal," ungkap Anwar.
Menurutnya, generasi muda pemegang estafet kepemimpinan bangsa kedepannya perlu didoktrinasi mengenai pentingnya nilai kebangsaan terutama pada usia produktif mereka yang mana banyak berinteraksi dengan orang disekitarnya sehingga akan memberikan pengaruh yang positif kedepannya.
"Bahkan dalam keluarga saja bisa ada perpecahan akibat perbedaan, lalu dalam pesta politik seperti pemilu dimana sangat terasa bahwa masyarakat kita pecah dan terkotak-kotak. Karena itu sangat perlu kita menanamkan nilai persatuan dan kebangsaan kepada anak-anak kita," tuturnya.
Ia mengimbau kepada para tokoh baik itu tokoh agama maupun tokoh masyarakat agar dapat menjadi contoh teladan bagi umat di dalam pergaulan melalui kepemimpinannya.
"Para tokoh agama dan masyarakat ini hendaknya bisa memberikan contoh yang baik dan menunjukkan bahwa kita ini satu bangsa, yang harus bersatu untuk kepentingan yang lebih besar yaitu mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa diatas perbedaan yang ada," ungkapnya.
Selain keterlibatan para tokoh agama dan tokoh masyarakat, menurutnya pemerintah juga harus mampu merajut kebersamaan secara adil kepada seluruh rakyatnya. Ini dimaksudkan agar jangan sampai ada pihak yang merasa dianaktirikan dan luput dari perhatian yang nantinya bisa berujung pada tindak radikal dan terorisme akibat ketidakadilan tersebut.
"Jika pemerintah bisa berbuat adil dan secara proporsional kepada semua etnis, suku, dan agama maka saya kira masyarakat kita ini akan cerdas dan tidak mudah untuk terprovokasi apalagi terjebak dalam radikalisme," kata mantan anggota DPR RI periode 1997-2014 ini.
Menurutnya, pemerintah sangat berperan penting untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya, bukan untuk golongan apalagi kepentingan kelompok. Karena jika pemerintah sudah mampu menunjukkan dan memberi contoh keadilan secara proporsional maka gejolak-gejolak negatif ditengah masyarakat kemungkinannya akan menjadi sangat kecil.
"Pada hakikatnya kalau berbicara tentang kepemimpinan itu adalah bagaimana bisa mensejahterakan orang yang dipimpinnya. Saya kira itu adalah kuncinya," ujarnya mengakhiri.