Senin 20 Sep 2021 06:02 WIB

Taliban Serukan Bantuan Internasional ke Afghanistan

Pemerintah di seluruh dunia sedang mempertimbangkan cara terbaik menangani Taliban

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Hiru Muhammad
 Seorang tukang tambal ban mengobrol dengan anak laki-laki saat dia menunggu pelanggan di sisi jalan di Kabul, Afghanistan, Selasa, 14 September 2021. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumpulkan lebih dari $1,2 miliar dalam janji darurat Senin untuk membantu 11 juta warga Afghanistan menghadapi bencana. meningkatnya krisis kemanusiaan di tanah air mereka dan jutaan lainnya di tempat lain di kawasan itu ketika kepala hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan tentang langkah pertama Taliban dalam membangun kekuasaan di negara yang terkepung dan miskin itu.
Foto: AP/Felipe Dana
Seorang tukang tambal ban mengobrol dengan anak laki-laki saat dia menunggu pelanggan di sisi jalan di Kabul, Afghanistan, Selasa, 14 September 2021. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumpulkan lebih dari $1,2 miliar dalam janji darurat Senin untuk membantu 11 juta warga Afghanistan menghadapi bencana. meningkatnya krisis kemanusiaan di tanah air mereka dan jutaan lainnya di tempat lain di kawasan itu ketika kepala hak asasi manusia PBB menyuarakan keprihatinan tentang langkah pertama Taliban dalam membangun kekuasaan di negara yang terkepung dan miskin itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ--Taliban menyerukan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan pemberian bantuan ke Afghanistan. Taliban juga menekankan bahwa mereka bukanlah teroris.

“Bantuan dapat berupa investasi, proyek rekonstruksi, atau segala jenis dukungan kemanusiaan untuk pemerintah atau warga Afghanistan,” kata Juru Bicara Provinsi Matiullah Ruhani kepada Deutsche Presse-Agentur (dpa) di Kunduz.

Ruhani menyebut Taliban akan sangat menyambut bantuan. Pada 8 Agustus lalu, Taliban berhasil menguasai Kunduz dalam salah satu dari serangkaian kemajuan pesat yang pada akhirnya membuat kelompok itu menguasai seluruh negeri.

Dikutip Daily Sabah, Senin (20/9), Pasukan Amerika Serikat terakhir meninggalkan Afghanistan pada akhir Agustus, menandai berakhirnya misi militer yang berlangsung hampir dua dekade. Ruhani mengkritik masyarakat internasional karena mendukung apa yang dia sebut sebagai pemerintah yang korup di Afghanistan selama 20 tahun terakhir tapi menghentikan bantuannya ketika Taliban berkuasa.“Taliban membawa perdamaian ke Afghanistan. Kami bukan teroris,” ujar dia.

Pemerintah di seluruh dunia sedang mempertimbangkan cara terbaik untuk menangani Taliban, mengingat terdapat catatan hak asasi manusia yang buruk dari kelompok itu. Di sisi lain, mereka juga fokus pada pengurangan bencana kemanusiaan yang sedang berkembang di Afghanistan.

Selama periode pertama berkuasa antara 1996 dan 2001, Taliban menerapkan gaya hidup yang ketat dan sepenuhnya melarang perempuan bekerja dan menuntut ilmu di luar rumah.

Selain mengatakan Taliban menghargai semua warga negara, perempuan dan laki-laki, Ruhani tidak berkomentar lebih lanjut tentang kebijakan kontroversial Taliban terhadap perempuan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement