Jumat 01 Oct 2021 15:02 WIB

Kemensos Serahkan Bantuan Anak Yatim Piatu karena Covid-19

Data ratusan anak yang belum terima bantuan masih dalam proses validasi di Kemensos.

Red: Ilham Tirta
Bantuan untuk Anak Yatim Piatu (ilustrasi).
Foto: republika.co.id
Bantuan untuk Anak Yatim Piatu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Antasena Kementerian Sosial menyerahkan bantuan nutrisi bagi 284 anak yatim, piatu, dan yatim piatu korban Covid-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bantuan secara simbolis diserahkan Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo kepada 20 perwakilan anak di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman, Jumat (1/10).

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman, Eko Suhargono mengatakan, bantuan berupa nutrisi dan uang tabungan merupakan tindak lanjut dari surat permohonan Bupati Sleman pada Kemensos. Permohonan bantuan ditujkan bagi anak-anak Sleman yang orang tuanya meninggal akibat Covid.

"Kami mengajukan 435 anak, setelah dilakukan verifikasi dan validasi akhirnya di realisasi 284 anak," kata Eko.

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo berterima kasih atas bantuan yang diberikan Kemensos. Bantuan tersebut sebagai kepedulian bersama dan saling menguatkan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Kita merasakan bersama dampak pandemi ini, saya harap bantuan ini dapat membantu anak-anak Sleman yang kehilangan orang tua akibat Covid-19," kata dia.

Bupati Sleman berpesan agar anak-anak Sleman yang telah kehilangan orang tua akibat Covid-19 tetap tegar dan semangat. "Anak-anakku semua jangan berkecil hati, tetap semangat dan terus belajar untuk meraih mimpi," katanya.

Kepala BRSAMPK Antasena, Sumarno Sri Wibowo mengatakan, dari 435 anak yang diajukan, 284 sudah selesai dan mendapatkan bantuan dari Kemensos. Sementara sisanya masih dalam proses verifikasi dan validasi.

Bantuan yang diberikan merupakan program Asistensi Rehabilitasi (Atensi). Filosofi program ini meliputi tiga hal, yaitu pengasuhan terbaik yang paling aman, yakni ada di keluarga. Kedua, pengasuhan berbasis pada komunitas.

"Jika keluarga belum bisa, maka bergeser pada komunitas yang ada di masyarakat," kata Sumarno.

Ketika dua instrumen tersebut tidak mempunyai kemampuan, baru pengasuhan berada di residensial atau di balai, LKSA, LKS, dan panti. Bisa juga di tempat mana pun yang ciri utamanya anak-anak dapat beristirahat atau tidur di situ.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement