REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Melandainya kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya membuat banyak ruang isolasi yang ada di rumah sakit tak terpakai. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya per 4 Oktober, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19 berada di bawah 10 persen.
Dari total 239 tempat tidur untuk pasien Covid-19 yang tersedia di rumah sakit, hanya 15 unit atau 6,28 persen yang terisi pasien. Sementara tempat isolasi terpusat di Kota Tasikmalaya sudah sepenuhnya kosong. Dari 152 tempat tidur di tempat isolasi terpusat, seluruhnya tak lagi terisi pasien.
Kendati banyak ruang isolasi yang sudah tak lagi terisi pasien, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tak serta merta langsung menutup ruang isolasi. Ruang isolasi tetap akan disiagakan untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
"Untuk rumah sakit kosomg kita akan tetap siagakan. Jangan karena dua atau tiga bulan kosong, langsung kita tutup," Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, Senin (4/10).
Ia menilai, potensi munculnya gelombang ketiga Covid-19 masih besar. Ia mencontohkan, di beberapa negara lain, seperti Singapura, sudah mulai terjadi konjakan kasus Covid-19.
Apalagi, lanjut dia, dengan adanya pelonggaran aktivitas masyarakat, saat ini banyak orang yang berkegiatan di luar rumah. Menurut dia, selama adanya peningkatan aktivitas masyarakat, potensi penularan Covid-19 masih tetap ada.
"Mangkanya harus tetap kita siagakan. Jangan sampai, kalau terjadi ledakan lagi, kita harus memeprsiapkan lagi," kata dia.
Uus juga mengimbau masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes), meski sudah menjalani vaksinasi. Sebab, penerapan prokes masih menjadi upaya paling ampuh untuk terhindar dari penularan Covid-19.
"Kita harus tetap waspada, karena kita pernah kejadian, saat kasus sudah landai tiba-tiba melonjak. Saat ini juga kan belum stabil," kata dia.
Berdasarkan data per 4 Oktober, total kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya berjumlah 14.685 kasus. Dari total kasus itu, masih terdapat 62 kasus yang aktif.
Sementara di Kabupaten Pangandaran, pemerintah daerah setempat juga masih akan menyiagakan ruang isolasi meski kasus Covid-19 telah melandai. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Yadi Sukmayadi mengatakan, ruang isolasi di setiap puskesmas dan RSUD Pandega masih akan dioperasikan meski pasiennya sedikit.
"Saat ini Pemkab Pangandaran masih menyiagakan ruang isolasi di seluruh puskesmas, termasuk di rumah sakit," kata dia.
Ia menyebutkan, saat ini tak ada satu pun pasien Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi yang berada di puskesmas. Pasien Covid-19 yang ditemukan di puskesmas langsung dirujuk ke RSUD Pandega apabila bergejala sedang atau berat. Sebab, kondisi isolasi di rumah sakit itu banyak yang kosong.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran hingga 4 Oktober, total kasus Covid-19 di daerah itu berjumlah 6.649 kasus. Dari total kasus itu, masih terdapat 13 kasus aktif. Namun, hanya satu pasien yang menjalani isolasi di rumah sakit.
Meski kasus Covid-19 di Kabupaten Pangandaran telah melandai, Yadi menilai, masih ada potensi lonjakan kasus Covid-19. Sebab, saat ini sejumlah kegiatan masyarakat yang sebelumnya dibatasi telah diperbolehkan kembali.
"Kuncinya itu kita harus tetap waspada. Salah satunya dengan tetap menerapkan prokes," ujar dia.
Di Kabupaten Garut, BOR rumah sakit untuk pasien Covid-19 juga telah mengalami penurunan signifikan dibandingkan beberapa bulan lalu. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per 2 Oktober, BOR rumah sakit berada di angka 2,94 persen. Dari total 272 tempat tidur yang tersedia, hanya delapan unit yang masih digunakan.
Sementara di tempat isolasi terpusat, tingkat BOR berada di angka 0 persen. Sebanyak 164 tempat tidur yang ada tak lagi diisi pasien.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita Sobariah mengatakan, meski BOR sudah mengalami penurunan, semua fasilitas kesehatan (faskes) masih siaga untuk meyediakan tempat tidur khusus pasien Covid-19. "Seperti di RSUD dr Slamet masih ada 171 ruang isolasi dan 29 untuk IGD. Jadi tital 200 bed masih siaga di sana," kata dia.
Ia menambahkan, tempat isolasi terpusat di Rusunawa dan Islamic Center juga masih akan disiagakan sampai Desember 2021. Termasuk para tenaga medis yang ditempatkan di tempat isolasi terpusat. "Jadi ketika sewaktu-waktu diperlukam itu bisa digunakan," kata dia.
Rita mengatakan, saat ini kasus Covid-19 di Kabupaten Garut memang telah turun. Namun, dengan euforia masyarakat yang ada, bukan tak mungkin kasus Covid-19 akan kembali melonjak di Kabupaten Garut.
"Apalagi kan banyak yang liburan setelah ada pelonggaran. Itu harus diantipasi agar tidak ada kasus lagi. Yang penting masyarakat agar tetap menerpakan prokes," kata dia.