Rabu 06 Oct 2021 07:01 WIB

Kementerian BUMN akan Tutup 7 BUMN Sekarat Tahun Ini

Saat ini ketujuh BUMN tersebut sedang merampungkan administrasi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN tetap akan menutup tujuh BUMN yang sudah sekarat. Saat ini ketujuh BUMN tersebut sedang merampungkan administrasi.

Ketujuh BUMN yang dimaksud antara lain PT Kertas Leces (Persero), PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Industri Gelas (Persero)/Iglas, dan PT Kertas Kraft Aceh (Persero). Lalu ada PT Industri Sandang Nusantara (Persero), PT Istaka Karya (Persero), dan PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (Persero)/PANN.

"Yang terdekat Iglas, kami sudah lakukan pembayaran ke karyawan, sudah dibayar oleh kami, kemudian pesangon mereka sudah dibayar, jadi nanti pembubaran lewat mekanisme RUPS atau PKPU, kita lihat nanti situasinya," kata Arya dalam sebuah diskusi, Selasa (5/10) malam.

Kertas Aceh, sudah lama berhenti operasi karena problem bahan baku. "Sejak lama sudah tidak operasi karena bahan baku, di sana dimoratorium sehingga gak punya bahan baku, sehingga mahal kertas dan sebagainya. Ini yang buat mereka susah operasi karena bahan baku gak ada. Kami kejar target [penutupan] secepatnya juga, ini akan ke PKPU, kalau masih bisa, ini bisa RUPS pembubaran Kertas Kraft Aceh," jelas Arya.

Sementara itu, Merpati awalnya ada investor akan masuk tetapi tidak jadi. Selain itu maskapai BUMN ini sudah lama tidak punya izin terbang. 

"Merpati ini kan dia punya investor, dia gagal masuk investornya, kita gak tahu gak jadi masuk Merpati. saat ini izin terbangnya juga gak ada lagi," kata Arya.

Adapun untuk PT PANN, menurut Arya, perusahaan ini adalah pembiayaan kapal dan pesawat terbang tetapi sudah tak masuk lagi dalam bisnis inti perusahaan.

Baca juga : Dewan IMF Konfrontasi Pejabat yang Manipulasi Data China

"Sudah gak lagi dalam core bisnis, ini juga mereka akan mengarah kepailitan dan ada dia punya hotel, aneh juga padahal dia pembiayaan kapal, pesawat dan sebagainya, ini akan dikaitkan, akan dicoba secepatnya [diurus penutupan]," katanya.

Sementara itu, Istaka Karya menurut Arya memiliki beban yang sangat tinggi di mana utang lebih tinggi dari aset. "Dari segi keuangan berat banget, lebih tinggi utangnya dari asetnya sehingga sudah kita itung gak mungkin lagi dioperasikan yang ada utang tiga kali [dari aset], terbelit-belit, karyawan kita akan ini beri ruang masuk ke perusahaan [BUMN] karya kita, ada 2-3 perusahaan siap tampung mereka," kata Arya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement