Jelang PTM, Perguruan Tinggi Diminta Hati-Hati
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama mengatakan, perguruan-perguruan tinggi harus hati-hati jelang perkuliahan tatap muka. Ilustrasi | Foto: www.freepik.com.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama mengatakan, perguruan-perguruan tinggi harus hati-hati jelang perkuliahan tatap muka. Sebab, sebentar lagi banyak mahasiswa dan mahasiswi yang datang atau kembali lagi ke Sleman.
Cahya mengingatkan, setidaknya capaian vaksinasi civitas akademika sudah bisa mencapai 70 persen mencakup mahasiswa, orang tua, kantin dan semua organ yang ada di kampus. Kampus harus pula melakukan pendataan lengkap soal vaksinasi.
"Cakupan vaksin perlu dilihat, disiapkan, yang belum divaksin harus divaksin, ini kita tingkatkan terus agar tidak kecolongan," kata Cahya, Selasa (12/10).
Ia menekankan, semua harus tetap waspada agar status PPKM di Sleman yang sudah turun ke level 3 bisa turun lagi jadi 2 atau 1. Sehingga, dapat menghadapi kondisi jika memang muncul gelombang tiga seperti negara-negara tetangga.
Senjatanya, lanjut Cahya, tidak lain PPKM, peningkatan protokol kesehatan dan vaksinasi. Apalagi, ia melihat, kini masyarakat sudah mulai bersikap seperti tidak ada Covid-19, yang bisa membahayakan karena bisa kembali ke kondisi Juli.
Cahya meminta, masyarakat tetap peduli terhadap kesehatan bersama karena covid memang masih ada. Sehingga, harus dilakukan antisipasi pendatang-pendatang, jangan sampai terlena dan tetap bisa tanggap melakukan pengawasan ketat.
Hal itu perlu dilakukan agar tidak kecolongan dan tidak membiarkan virus ini bertemu inang, yaitu manusia itu sendiri. Apalagi, ada banyak agenda-agenda menjelang akhir tahun seperti Pemilihan Lurah, Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
"Pengalaman tahun kemarin dekati Januari mulai akan meningkat. Lakukan terus dekontaminasi udara di RS-RS, puskesmas-puskesmas, sebelum pelayanan semprot karena virus bisa menempel di permukaan," ujar Cahya.
Cahya mengungkapkan, di Sleman sendiri vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 81 persen dan dosis kedua 52,4 persen. Kemudian, vaksinasi dosis ketiga untuk tenaga kesehatan dan pelayan publik sudah hampir 100 persen atau 97,7 persen.
Untuk Bed Occupancy Rate (BOR) critical di Sleman kini 10, 6 persen dan critical seperti di RSA UGM dan RSUP dr Sardjito sudah sekitar 5,56 persen. Kondisi itu terjadi pula di shelter-shelter seperti Asrama Haji, Rusunawa Gemawang dan UII.
Sedangkan, shelter lain seperti di Unisa sudah resmi dihentikan operasionalnya. Cahya menerangkan, penutupan shelter-shelter itu dalam rangka efisiensi tenaga kerja, sedangkan sarana-sarana yang ada masih ada untuk antisipasi kondisi.
"Semoga capaian dosis pertama bisa 100 persen pada akhir Oktober," kata Cahya.