REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini meminta para mahasiswa untuk jangan takut ketika dimarahi ataupun dimaki oleh warga. Hal itu disampaikan Risma ketika memberikan kuliah umum kepada mahasiswa peserta program Pejuang Muda di kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jakarta, Rabu (13/10).
Risma menyampaikan pesan itu dengan menceritakan pengalamannya terlebih dahulu. Dia mengaku pernah mengikuti program peningkatan kampung yang digelar Bank Dunia, ketika dirinya masih mahasiswa.
Ketika itu, ujar Risma, tugasnya amat berat karena pernah rapat dengan masyarakat hingga pukul 1 dini hari. "Jam 9 pagi masyarakat marah ke saya saat saya datangi. Ganggu terus katanya, tapi saya harus melakukan ini demi tugas saya. Saya diusir, saya kembali lagi," ungkapnya.
Pengalaman dimarahi masyarakat kembali dirasakan Risma ketika menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Surabaya. Pada 2005 itu, Risma selalu mendatangi warga untuk mengingatkan gaya hidup sehat guna mengurangi penumpukan sampah.
"Saya datangi tiap pagi hari meskipun kadang saya diusir. Tapi karena saya Kepala Dinas Kebersihan, saya halus diusirnya. Kalau dulu saya mahasiswa keras diusirnya, wah dulu datang saya dimaki-maki," kenang Risma di hadapan ratusan mahasiswa.
Oleh karenanya, Risma meminta para mahasiswa yang ikut program Pejuang Muda untuk tidak takut ketika dimaki warga. Mahasiswa harus tegar dan maju terus.
"Jadi jangan takut kalau dimaki-maki ya. Itu ujian kita bersama. Di situ lah akan keluar pemenang, mereka yang akan tangguh menghadapi ombak gelombang," papar eks Wali Kota Surabaya itu.
Pejuang Muda adalah program teranyar Kemensos. Sebanyak 5.140 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dilibatkan untuk turun langsung ke wilayah kantong kemiskinan di seluruh Indonesia.
Mereka memiliki tugas utama untuk mengecek akurasi data warga miskin Kemensos di wilayah penempatan masing-masing. Selain itu, para mahasiswa diminta memetakan dan membuat program pengentasan kemiskinan di sana, dengan memanfaatkan ilmu yang didapat selama di kampus.
Sebanyak 5.140 mahasiswa itu, kata Risma, akan disebar di 514 kota/kabupaten. Di tiap kota/kabupaten berarti terdapat 10 mahasiswa, yang akan kembali dibagi ke dalam dua kelompok.
Dalam pelaksanaan program ini para mahasiswa terlibat akan diberikan dana. Di antaranya dana transportasi, dana operasional, dana pertemuan, dan biaya membuat proyek sosial pengentasan kemiskinan. Total anggaran untuk program ini Rp 178 miliar.