Jumat 29 Oct 2021 16:28 WIB

Studi: Pascatrauma Petugas Kesehatan tidak Terkait Pandemi

Studi Oxford sebut pascatrauma petugas kesehatan karena pengalaman masa lalu.

Studi Oxford sebut pascatrauma petugas kesehatan karena pengalaman masa lalu.
Foto: Angelo Carconi/EPA
Studi Oxford sebut pascatrauma petugas kesehatan karena pengalaman masa lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tanda-tanda gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang terlihat pada petugas kesehatan lini terdepan selama pandemi COVID-19 kemungkinan berkaitan dengan trauma pengalaman terdahulu mereka. Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan Universitas Oxford.

Dilansir dari reuters, Jumat (29/10), berdasarkan studi yang diterbitkan, sekitar tiga perempat dari 103 petugas kesehatan yang diteliti melaporkan mengalami trauma. Namun, trauma tersebut tidak ada hubungannya dengan tugas mereka selama pandemi.

Baca Juga

"Pada 76 persen staf yang mengalami PTSD yang tidak terkait dengan pandemi, kemungkinan karakteristik pekerjaan mereka yang penuh tekanan selama pandemi memperburuk gejala atau menghambat kesembuhan," kata Psikolog Klinis Jennifer Wild, yang juga memimpin studi.

"Ada minoritas yang signifikan, yakni 24 persen mengalami PTSD akibat trauma COVID-19," katanya.

Sementara, hampir 40 persen dari mereka menunjukkan tanda-tanda PTSD dan depresi. Studi juga mencatat bahwa gangguan depresi utama kemungkinan lebih berkembang selama pandemi. 

Meski PTSD dikaitkan dengan perjuangan melawan pandemi, PTSD bisa muncul di kalangan warga sipil setelah terjadi bencana alam, pelecehan, atau trauma lainnya. Petugas kesehatan mungkin enggan menyamakan pengalaman mereka dengan pasukan yang baru pulang dari peperangan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement