Sabtu 30 Oct 2021 18:40 WIB

Kementan Dorong Takalar Jadi Sentra Padi, Jagung, dan Kelapa

Takalar dapat menjadi gerbang utama untuk memenuhi kebutuhan Indonesia bagian timur.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ratna Puspita
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo
Foto: Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menjadi gerbang utama komoditas padi, jagung, kelapa serta jeruk untuk memenuhi kebutuhan Indonesia bagian timur. Sektor pertanian menjadi penting karena selama pandemi berlangsung selalu menjadi bantalan pada perekonomian nasional.

"Yang jelas kita harus bisa survive karena cuma pertanian yang menyangga dua tahun ekonomi indonesia. Jadi sektor pertanian itu sangat menjanjikan. Kalau saja semua desa di Takalar ini punya kelapa, jeruk dan padi maka selesailah urusan kita di Sulawesi," ujarnya, Sabtu (30/10).

Baca Juga

Syahrul mengatakan, pertanian di era sekarang sudah semakin maju dan modern. Bahkan, pemerintah sedang berupaya membuka akses pasar dunia yang lebih luas lagi. Menurut Mentan, yang dibutuhkan saat ini tinggal kemauan, yakni mau berusaha dan mau berkorban.

"Pertanian itu hanya 100 hari kok. Artinya 100 hari sudah bisa kita lihat hasilnya. Kalau kita tanam padi sekarang, tanam jagung sekarang 3 bulan kemudian sudah untung bapak. Lalu kalau mau lihat hasilnya tanam yang banyak 100 hektare 200 hektare. Supaya bisa kita hitung juga industrinya," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah melalui Kementan juga terus melakukan pendampingan dan pelatihan terhadap jutaan petani milenial. Mereka dilatih cara mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta dilatih membuka market pasar yang lebih luas.

"Namun perlu diingat juga, harus ada tanggung jawabnya pak, harus ada CPCL (calon petani calon lahan). Dan semua boleh masuk. NTT boleh, flores boleh, Sulawesi boleh bahkan papua juga boleh. Yang tidak boleh itu hanya korupsi bapak," katanya.

Syahrul mengingatkan, pada tahun-tahun berikutnya, persoalan dunia semakin kompleks. Ia mencontohkan, terdapat informasi yang memungkinkan kandungan air di bumi semakin sedikit. Hal itu terjadi karena kondisi perubahan cuaca akibat kondisi planet yang rusak.

"Terakhir sekali ini cuaca lagi jelek, planet lagi rusak. Kemungkinan tahun depan kita melihat air tidak seperti mengalir nya air sekarang. akan ada kesulitan air, global warming itu menjatuhkan dan meruntuhkan gunung-gunung es, sehingga terjadi kenaikan air permukaan dan menginstrusi. Ini berbahaya. Dan yang bisa mengikat semua ini hanya hanya sektor pertanian," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement